1.
MULTIPLE
INTELLIGENCE
Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari
Harvard University, menemukan bahwa sebenarnya manusia memiliki beberapa jenis
kecerdasan. Howard menyebutnya sebagai kecerdasan majemuk atau multiple
intelligence.
Mula-mula Howard menemukan tujuh kecerdasan, namun berkembang menjadi sembilan jenis kecerdasan. Kedelapan jenis kecerdasan itu
adalah:
1.
Kecerdasan Linguistik /bahasa
(word smart)
Kecerdasan
bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata,
baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk
mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan
dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat
puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya
ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru,
maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar
dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa
baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Bentuk kecerdasan ini dinampakkan
oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam
penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Berkaitan
dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno,
Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang
berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis
hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.
2.
Kecerdasan Visual-Spasial (picture smart)
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan
seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi
bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga
dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau
arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian
memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang
menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan
unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di
kepramukaan. Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental
dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi,
mampu mencipta ulang dunia visual. Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis,
pematung, programmer komputer, desainer, arsitek. Berhubungan dengan pelajaran
menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini,
misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
3.
Kecerdasan
Matematis (logic smart)
Kecerdasan
matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif
dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola
angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika
tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat
terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun
hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang
dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung
dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila
kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari
jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga
sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir
aktif, seperti catur dan bermain teka-teki. Bentuk kecerdasan ini termasuk yang
paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran
analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer
komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika. Berkaitan dengan
pelajaran matematika. Tokoh-tokoh yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise
Pascal, B.J. Habibie.
4.
Kecerdasan
Kinestetis (body smart)
Kecerdasan
kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan
bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai
masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu
cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan
sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari,
terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap. Bentuk kecerdasan
ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan
untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim,
berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama. Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari
balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau
kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.
5.
Kecerdasan Musik (music smart)
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di
sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik
jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah
melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder,
radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga
lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila
dikaitkan dengan musik. Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan
ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini
sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas untuk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan
meningkatkan fungsi otak. Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2
yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik
Puspa.
6.
Kecerdasan Interpersonal (people
smart)
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk
memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi
dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut
sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan
yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin,
mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari
peserta didik yang lain, dan sebagainya. Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas-tugas ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan
umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi. Manajer,
konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini.
Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud
orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk
mengubah dunia.
7.
Kecerdasan Intrapersonal (self
smart)
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu
untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya
sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri,
mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki
diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian,
merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri. Bentuk kecerdasan ini merupakan
kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari
karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan
kebijaksanaan. Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh-tokoh sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya
kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
8.
Kecerdasan Naturalis (nature
smart)
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam
yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik
dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam
seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan
fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.
9.
Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah
kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan
sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual merupakan
kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada
pada bagian yang paling dalam diri kita.
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar
kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola
pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala
kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan
sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan
seseorang. Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau
kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang
konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak
terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa
tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang
ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah
belaka, tetapi kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada
bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
2.
KECERDASAN MAJEMUK DAN PEMBELAJARAN
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences)
telah menunjukkan bahwa tidak ada strategi atau model pembelajaran terbaik. Suatu
strategi atau model pembelajaran mungkin sangat cocok untuk beberapa siswa,
tetapi tidak akan begitu cocok untuk siswa lainnya. Hal ini berkaitan dengan
jenis kecerdasan yang cenderung miliki miliki. Oleh karena itu, dianjurkan
kepada guru untuk menggunakan berbagai macam strategi dan model pembelajaran
agar semua siswa terakomodasi berdasarkan jenis kecerdasan yang mereka miliki
sehingga setiap siswa dapat terlibat selama pembelajaran di sekolah. Ke-7
Kecerdasan majemuk yang dimaksud oleh penggagasnya (Howard Gardner) adalah
sebagai berikut:
- Liguistik. Cirinya adalah berpikir dengan kata, suka membaca, menulis, bercerita, bermain kata. Kebutuhannya berupa buku, kaset, alat tulis, buku harian, dialog, diskusi, atau debat.
- Logis-matematis. Cirinya adalah berpikir dengan penalaran, suka bereksperimen, bertanya, mencari tahu tentang teka-teki, menghitung, dll. Kebutuhannya berupa hal-hal untuk mengeksplorasi dan berpikir, ilmu alam, kunjungan ke planetarium, film sains fiksi, dsb.
- Spasial (Tata Ruang). Cirinya adalah berpikir dengan gambar.Kecintaannya adalah menggambar, melukis, merancang, mencoret-coret, memvisualisasikan. Kebutuhannya adalah seni, video, film, slide, permainan imajinasi, labirin, teka-teki, buku berilustrasi, perjalanan ke museum seni, dsb.
- Tubuh-Kinestetik (Bodily-Kinesthetic). Cirinya adalah berpikir melalui sensasi somatik (tubuh). Ia suka berlari, menari, melompat, ,menyentuh, membangun, dan menunjuk. Kebutuhannya berupa bermain peran, drama, gerakan, hal-hal untuk membangun sesuatu, olahraga, permainan fisik, kerajinan tangan, belajar sambil bekerja (hands on activity).
- Musikal. Cirinya berpikir melalui musik, irama, dan melodi. Ia sangat suka bernyanyi, bersiul, bersenandung, mengetuk-ngetukkan jari atau kaki, dan mendengarkan. Kebutuhannya adalah bernyanyi sepanjang waktu, pergi ke sebuah konser, bermain musik, dsb.
- Interpersonal. Cirinya adalah berpikir dengan memnatulkan ide orang lain. Kecintaannya adalah terkemuka, melakukan mediasi, mengorganisasikan, pesta, dsb. Kebutuhannya adalah pertemanan, kelompok bermain, pertemuan sosial, acara komunitas, klub, magang, dsb.
- Intrapersonal. Cirinya adalah berpikir secara mendalam dalam dirinya sendiri. Cirinya suka bermeditasi, merenung, bermimpi, berdiam diri. Kebutuhannya adalah tempat rahasia, waktu untuk sendiri, pilihan-pilihan, dan proyek yang tidak bergantung pada orang lain.
Beberapa prinsip dari teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) adalah sebagai berikut:
- Teori kecerdasan majemuk bukan teori untuk menentukan satu jenis kecerdasan seseorang. Teori kecerdasan majemuk menganggap bahwa semua orang memiliki ke-7 jenis kecerdasan, hanya kapasitasnya yang berbeda.
- Howard Gardner beranggapan bahwa sebenarnya semua orang memiliki potensi untuk mengembangkan ke-7 macam kecerdasan tersebut, asalkan mendapat dorongan, pengajaran, dan pengayaan yang sesuai.
- Kecerdasan-kecerdasan selalu bekerjasama dalam cara yang rumit dan kompleks. Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.
- Ada banyak cara yang dapat dilakukan agar menjadi cerdas dalam setiap kategori.
Kecerdasan majemuk menjadi inspirasi lahirnya model-model pembelajaran
inovatif. Teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligence merupakan
temuan Howard Gardner dari Harvard University. Penerapan teori kecerdasan
majemuk telah dibahas tuntas oleh Thomas Armstrong dalam bukunya; Sekolah Para
Juara: menerapkan multiple intelligence di dunia pendidikan. Kecerdasan majemuk
bisa menjadi dasar bagi guru dan sekolah dalam menyusun kurikulum, rencana pembelajaran – RPP, dan metode
pembelajaran yang tepat. Para pendidik perlu memahami jenis kecerdasan
pada diri tiap individu.
Menurut Thomas Armstrong, setiap siswa memiliki
minimal 1 atau 2 jenis kecerdasan di atas. Guru yang menuntut siswanya memiliki
semua kecerdasan majemuk, sungguh sangat berlebihan. Sebaliknya, pendidik yang
mengaggap muridnya tidak memiliki kecerdasan juga tidak sesuai dengan teori
Gardner.
Multiple
intelligence atau teori kecerdasan majemuk menjadi semacam alat yang sangat
ampuh untuk memunculkan paradigma baru yang berkaitan dengan penyusunan
kurikulum, rencana pembelajaran atau RPP
Berkarakter, dan kegiatan di sekolah.Dalam
menerapkan model-model pembelajaran di sekolah, guru didorong untuk yakin bahwa
setiap siswa memiliki salah satu jenis kecerdasan tersebut. Dengan demikian, guru memandang tidak ada murid yang
bodoh. Yang ada adalah dia memiliki kecerdasan yang belum diketahui atau belum
digali di antara kecerdasan majemuk di atas. Artinya, jika ada siswa yang
selalu ngobrol dengan temannya saat kegiatan pembelajaran, mungkin dia memiliki
kecerdasan bahasa. Seringkali siswa yang memiliki kecerdasan musik, dia suka
menyanyi-nyanyi sambil memukul-mukul meja ketika guru menyampaikan materi
pembelajaran. Begitu juga siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis akan sulit
diam di tempatnya, kadang dia terkesan mengganggu temannya. Kejelian guru
menangkap isyarat dari perilaku siswa ini akan memudahkan dalam menemukan dan
menggali kecerdasan yang ia miliki. Dengan demikian, pemilihan metode dan
strategi pembelajaran akan lebih mudah.
Dengan paradigma baru sesuai teori kecerdasan majemuk yang menganggap tidak ada
murid yang bodoh, setiap guru akan memandang para muridnya sebagai
manusia-manusia yang memiliki potensi untuk berprestasi. Setiap guru, menurut
pakar accelerated learning, Georgi Lazanov, akan berusaha keras membangun
sugesti positif di dalam kelas dan memunculkan sekurang-kurangnya satu
kecerdasan yang menonjol pada diri murid mereka. Hal itu akan bisa dirasakan
siswa jika kegiatan belajar yang tertuang dalam rencana
pembelajaran memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para murid
untuk mengembangkan potensi dirinya. Bukan sebaliknya, mematikan kreativitas
peserta didik.
3.
KECERDASAN
MAJEMUK DAN PEMBELAJARAN DI TK/PAUD
Menurut
teori multiple intelligences, anak belajar melalui berbagai macam cara. Di
TK/PAUD hal ini diterapkan melalui permainan yang beragam. Berikut contoh
pembelajaran di TK Melati, Ulu Suliti, Kab Solok Selatan:
a.
Kecerdasan
bahasa
Cara
belajar yang dapat diterapkan adalah melalui kata-kata, tulisan, menyimak
cerita dan bercerita, deklamasi, permainan kata, berdiskusi. Salah satu bentuk
permainannya adalah “permainan bertukar nama” . permainan ini bertujuan
untuk merangsang anak mengenal namanya sendiri secara tertulis, mengenal
komposisi huruf, dan meransang keinginan anak untuk mengopi tulisan.
Alat
dan bahan : kertas karton ukuran 5x12 cm yang bertuliskan nama panggilan
anak yang dibuat sejumlah anak
Cara
bermain :
1.
Kalungi
nam dengan kertas yang bertuliskan namanya. Biarakan mereka melihat tulisan
namanya.
2.
Panggil
satu demi satu anak-anak tersebut ke depan. Biarakan mereka melihat nama
temannya. Lakukan hingga semua anak mendapat giliran.
3.
Tanyakan
apakah mereka mau bertukar nama. Jika mau persilakan anak mencari pasanagan dan
saling bertukar nama.
4.
Panggil
kembali nama anak. Anak yang membawa nama temannya akan maju.
5.
Biarkan
anak tertawa terpingkal-pingkal, karena merasa lucu melihat pertukaran itu.
6.
Lakukan
hingga semua anak memperoleh giliran.
7.
Setelah
selesai, persilakan anak mengembalikan nama itu padayang punya.
b.
Kecerdasan
logika-matematika
Cara
belajarnya adalah melalui menghitung, mencongkak, bermain dengan angka,
memecahkan teka-teki, mencoba (bereksperimen), menelusuri sebab-akibat sesuatu.
Contoh permainanya adalah permainan “berapa biji”. Permainan ini bertujuan
untuk merangsang kemampuan membilang benda riil juga kecerdasan naturalis.
Alat
dan bahan : biji buah-buahan yang cukup besar, seperti biji salak, biji mangga,
biji jambu air, dan biji rambutan.
Cara
bermain :
1.
Bagi
anak menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok diberi 1 mangkuk plastik berisi
biji-bijian. Namai kelompok berdasarkan keinginan anak-anak. Persilakan anak
duduk melingkar. Jika guru bertanya tentang jumlah biji yang diminta, anak
meminta maksimal 3 buah.
2.
Tanyakan
pada kelomok pertama “ibu punya biji salak mau ndak?” anak-anak menjawab “mau”
.”berapa bijiyang kalian minta?”
3.
Jika
anak mejawab 1, 2, atau 3, berikan biji rambutan sesuai permintaan. Jika
menjawab 4, katakan “aduh terlalu banyak , nanti yang lain tidak mendapat
bagian. 2 saja,ya?”
4.
Tanyakan
hal yang sama pada kelompok ke2 dan ke3. Berikan biji rambutan sesuai
permintaan seperti pada butir 2 lakukan hingga biji rambutan habis.
5.
Ambil
biji yang lain, tanyakan hal yang sama pada butir 1 dan 2.
6.
Bertanyalah
pada setiap kelompok, “berapa biji yang kalian punya? Biji apa sajakah itu?”.
7.
Bantu
anak-anak menghitung perolehan biji masing-masing. Lihat apakah mereka sudah
dapat menghitung biji-biji itu sesuai jumlah yang ada.
c.
Kecerdasan
visual spasial
Cara
belajarnya yaitu melalui membangun dan merancang miniatur bangunan, mewarnai,
mengkombinasikan warna-warna, bermain imajinasi, mememtakan pikiran, mencermati
bentuk, menggambar, menyusun. Salah satu bentuk permainannya adalah permainan
“jiplak koin”. Permainan inibertujuan merangsang anak mencermati bentuk dan
senang menggambar.
Alat
dan bahan : kertas, pensil, koin 50 besar, 100, 500 dan 1000
Cara
bermain :
1.
Ajak
anak mengenal koin 50 besar, 100, 500 dan 1000.
2.
Perlihatkan
cara menjiplak koin, yakni letakkankoin di bawah kertas tipis dan gosok kertas
dengan pensil tepat di atas koin.
3.
Jawab
pertanyaan anak jika mereka terheran-heran mengapa gabar pada koin bisa muncul
pada kertas. Biarkan mereka beruji pada benda-benda lain.
4.
Balik
koin, dan dapatkan gambar disisi lain.
5.
Rekatkan
gambar 2 sisi koin, sehingga berwujud koin kertas.
6.
Lakukan
hingga semua koin selesai di jiplak.
7.
Dorong
anak hingga dapat melakukan permainan ini, dan biarakan mereka
mengembangkannya.
d.
Kecerdasan
kinestetik
Cara
belajarnya adalah dengan memegang dan menyentuh benda, mendramakan,
bergerak/beraktivitas (melompat, meniti, berguling), membaui dan mengecap,
bermain bongkar pasang, menari, membentuk sesuatu. Contoh permainannya
“permainan jalan binatang” yang dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar,
dan kesinkronan gerak motorik kasar dan motorik halus.
Cara
bermain :
1.
Bagi
anak menjadi 2 kelompok, kanan dan kiri. Buat mereka berhadapan dalam jarak 5
hingga 7 meter. Beri tanda untuk garis tengah
2.
Beri
aba-aba, “jalan itik!” anak-anak dari dua kelompok berjalan menyerupai itik
sambil bersuara,berhenti sejenak karen bertemu dengan “itik” dari kelompok lain
di garis tengah, lalu berjalan “itik” menuju tempat semula.
3.
Lanjutkan
permainan dengan cara yang sama dengan “jalan binatang lain”. Jika perlu ubah
posisi anak. Beri contoh jika anak mengalami kesulitan.
e.
Kecerdasan
musikal
Cara
belajarnya dengan mengidenifikasi suara dan bunyi,menikmati berbagai suara dan
bunyi, menyanyi dan bersiul, bermain alat musik, menikmati irama, mendengarkan
lagu. Contoh, permainan “mengejar lagu” yang bertujuan merangsang kepekaan
nada, irama, dan musik, kemampuan olah vokal, serta kepekaan koordinasi suara
dan lagu.
Cara
bermain :
1.
Bentuk
aanak menjadi 2 kelompok. Posisi berdiri dipisah antara kelompok 1 dan 2.
2.
Persilakan
kelompok 1 menyanyi lagu “balonku”.
3.
Begitu
kelompok 1, sampai kata-kata “...rupa-rupa warnanya”, kelompok 2 mulai
bernyanyi, “balonku...”
4.
Begitu
selesai menyanyi, kelompok 1 mulai lagi,”balonku...” begitu juga dengan
kelompok 2. Apabila anak-anak masih banyak tertawa, biarkan sejenak lalumulai
lagi.
5.
Teruskan
permainan hingga anak-anak minta berhenti.
f.
Kecerdasan
interpersonal
Cara
belajar dengan belajar kelompok, bekerja sama, berbagi rasa, berbicara dengan
orang lain, berbagi peran, bermain peran, bermain tim, simulasi, berinteraksi.
Contoh permainan “meminta uang” yang dapat merangsang kepekaan mmelihat
perspektif orang lain dan kepekaan simpati.
Cara
bermain :
1.
Jelaskan
3 peran yang akan dimankan anak, yakni anak, bapak, dan ibu. Anak berpura-pura
meminta uang kepada ayah. Ayah berpura-puara menanyakan untauk apa uang itu,
lalu memberi uang pada anak, dan ibu berpura-pura menasihati anak agar tidak
jajan sebarangan.
2.
Biarkan
anak memilih perannya sendiri dan mengelompok menurut perannya itu. Berikan
kesempatan untuk berunding.
3.
Persilakan
kelompok 1 mulai. Beri kesempatan erekaberlaga sesuai ekspresi mereka
masing-masing. Beri tepuk tangan setelah kelompok 1 selesai mempergunakan
perannya.
4.
Beri
kesempatan kelompok 2 dan selanjutnya hingga semua anak mendapat giliran dan
apapun hasilnya beri tepuk tangan pada mereka.
g.
Kecerdasan
naturalis
Cara
belajar dengan mencermati alam sekitar, menikmati alam,berjalan-jalan di alam
terbuka, memperhatikan cuaca dan benda-benda langit, peduli terhadap waktu,
mengamati hewan, tumbuhan, memperhatikan wujud benda, memelihara tumbuhan dan
hewan. Contoh permainan “buah apa namanya?” agar kemampuan anak mengidntifikasi
ciri-ciri buah, kemampuan membedakan berbagai jenis buah serta kecintaan anak
terhadap buah-buahan terangsang.
Alat
dan bahan : gambar buah-buahan
Cara
bermain :
1.
Sebelum
bermain adakan tanya jawab dengan anak tentangbua-buahan. setelah itu, bentuk
anak menjadi beberapa kelompok dan bagkan gambar kepada kelompok. Permainan
dilakukan dalam bentuk teka-teki.
2.
Tanyakan
dalam wujud teka-teki, “buah apa yang harus dikupas kulitnya, dibersihkan
matanya, kuning warnanya, asam-manis rasanya?” anak-anak berundingdalam
kelompok, lalu menjawab bersama-sama nenas
3.
Lakukan
hal yang sama pada buah-buahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sandy
Mac Gregor. Piece of mind. 2006. Jakarta: gramedia
Suyanto,
slamet. Konsep dasar pendidikan anak usia dini. 2005. Jakarta: depdiknas
Timotius Adi Tan & Iwan Wahyudi. Who Am I? Yes! I Know!. Metanoia Publishing. Cetakan Pertama, Maret 2007, hlm. 106 – 107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar