Sabtu, 20 Desember 2014

MULTIPLE INTELLIGENCE


1.      MULTIPLE INTELLIGENCE
Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University, menemukan bahwa sebenarnya manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan. Howard menyebutnya sebagai kecerdasan majemuk atau multiple intelligence.
Mula-mula Howard menemukan tujuh kecerdasan, namun berkembang menjadi sembilan  jenis kecerdasan. Kedelapan jenis kecerdasan itu adalah:
1.      Kecerdasan Linguistik /bahasa (word smart)
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.


2.      Kecerdasan Visual-Spasial (picture smart)
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan. Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual. Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek. Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
3.      Kecerdasan Matematis (logic smart)
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki. Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika. Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh-tokoh yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.
4.      Kecerdasan Kinestetis (body smart)
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap. Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama. Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.
5.      Kecerdasan Musik (music smart)
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik. Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas untuk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak. Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2 yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
6.      Kecerdasan Interpersonal (people smart)
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas-tugas ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi. Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.
7.      Kecerdasan Intrapersonal (self smart)
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan. Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh-tokoh sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
8.      Kecerdasan Naturalis (nature smart)
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.
9.      Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi  kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
2. KECERDASAN MAJEMUK DAN PEMBELAJARAN
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) telah menunjukkan bahwa tidak ada strategi atau model pembelajaran terbaik. Suatu strategi atau model pembelajaran mungkin sangat cocok untuk beberapa siswa, tetapi tidak akan begitu cocok untuk siswa lainnya. Hal ini berkaitan dengan jenis kecerdasan yang cenderung miliki miliki. Oleh karena itu, dianjurkan kepada guru untuk menggunakan berbagai macam strategi dan model pembelajaran agar semua siswa terakomodasi berdasarkan jenis kecerdasan yang mereka miliki sehingga setiap siswa dapat terlibat selama pembelajaran di sekolah. Ke-7 Kecerdasan majemuk yang dimaksud oleh penggagasnya (Howard Gardner) adalah sebagai berikut:
  1. Liguistik. Cirinya adalah berpikir dengan kata, suka membaca, menulis, bercerita, bermain kata. Kebutuhannya berupa buku, kaset, alat tulis, buku harian, dialog, diskusi, atau debat.
  2. Logis-matematis. Cirinya adalah berpikir dengan penalaran, suka bereksperimen, bertanya, mencari tahu tentang teka-teki, menghitung, dll. Kebutuhannya berupa hal-hal untuk mengeksplorasi dan berpikir, ilmu alam, kunjungan ke planetarium, film sains fiksi, dsb.
  3. Spasial (Tata Ruang). Cirinya adalah berpikir dengan gambar.Kecintaannya adalah menggambar, melukis, merancang, mencoret-coret, memvisualisasikan. Kebutuhannya adalah seni, video, film, slide, permainan imajinasi, labirin, teka-teki, buku berilustrasi, perjalanan ke museum seni, dsb.
  4. Tubuh-Kinestetik (Bodily-Kinesthetic). Cirinya adalah berpikir melalui sensasi somatik (tubuh). Ia suka berlari, menari, melompat, ,menyentuh, membangun, dan menunjuk. Kebutuhannya berupa bermain peran, drama, gerakan, hal-hal untuk membangun sesuatu, olahraga, permainan fisik, kerajinan tangan, belajar sambil bekerja (hands on activity).
  5. Musikal. Cirinya berpikir melalui musik, irama, dan melodi. Ia sangat suka bernyanyi, bersiul, bersenandung, mengetuk-ngetukkan jari atau kaki, dan mendengarkan. Kebutuhannya adalah bernyanyi sepanjang waktu, pergi ke sebuah konser, bermain musik, dsb.
  6. Interpersonal. Cirinya adalah berpikir dengan memnatulkan ide orang lain. Kecintaannya adalah terkemuka, melakukan mediasi, mengorganisasikan, pesta, dsb. Kebutuhannya adalah pertemanan, kelompok bermain, pertemuan sosial, acara komunitas, klub, magang, dsb.
  7. Intrapersonal. Cirinya adalah berpikir secara mendalam dalam dirinya sendiri. Cirinya suka bermeditasi, merenung, bermimpi, berdiam diri. Kebutuhannya adalah tempat rahasia, waktu untuk sendiri, pilihan-pilihan, dan proyek yang tidak bergantung pada orang lain.

Beberapa prinsip dari teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) adalah sebagai berikut:
  1. Teori kecerdasan majemuk bukan teori untuk menentukan satu jenis kecerdasan seseorang. Teori kecerdasan majemuk menganggap bahwa semua orang memiliki ke-7 jenis kecerdasan, hanya kapasitasnya yang berbeda.
  2. Howard Gardner beranggapan bahwa sebenarnya semua orang memiliki potensi untuk mengembangkan ke-7 macam kecerdasan tersebut, asalkan mendapat dorongan, pengajaran, dan pengayaan yang sesuai.
  3. Kecerdasan-kecerdasan selalu bekerjasama dalam cara yang rumit dan kompleks. Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.
  4. Ada banyak cara yang dapat dilakukan agar menjadi cerdas dalam setiap kategori.
Kecerdasan majemuk menjadi inspirasi lahirnya model-model pembelajaran inovatif. Teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligence merupakan temuan Howard Gardner dari Harvard University. Penerapan teori kecerdasan majemuk telah dibahas tuntas oleh Thomas Armstrong dalam bukunya; Sekolah Para Juara: menerapkan multiple intelligence di dunia pendidikan. Kecerdasan majemuk bisa menjadi dasar bagi guru dan sekolah dalam menyusun kurikulum, rencana pembelajaran – RPP, dan metode pembelajaran yang tepat. Para pendidik perlu memahami  jenis kecerdasan pada diri tiap individu.
Menurut Thomas Armstrong, setiap siswa memiliki minimal 1 atau 2 jenis kecerdasan di atas. Guru yang menuntut siswanya memiliki semua kecerdasan majemuk, sungguh sangat berlebihan. Sebaliknya, pendidik yang mengaggap muridnya tidak memiliki kecerdasan juga tidak sesuai dengan teori Gardner.
Multiple intelligence atau teori kecerdasan majemuk menjadi semacam alat yang sangat ampuh untuk memunculkan paradigma baru yang berkaitan dengan penyusunan kurikulum,  rencana pembelajaran atau RPP Berkarakter, dan kegiatan di sekolah.Dalam menerapkan model-model pembelajaran di sekolah, guru didorong untuk yakin bahwa setiap siswa memiliki salah satu jenis kecerdasan tersebut. Dengan demikian, guru memandang tidak ada murid yang bodoh. Yang ada adalah dia memiliki kecerdasan yang belum diketahui atau belum digali di antara  kecerdasan majemuk di atas. Artinya, jika ada siswa yang selalu ngobrol dengan temannya saat kegiatan pembelajaran, mungkin dia memiliki kecerdasan bahasa. Seringkali siswa yang memiliki kecerdasan musik, dia suka menyanyi-nyanyi sambil memukul-mukul meja ketika guru menyampaikan materi pembelajaran. Begitu juga siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis akan sulit diam di tempatnya, kadang dia terkesan mengganggu temannya. Kejelian guru menangkap isyarat dari perilaku siswa ini akan memudahkan dalam menemukan dan menggali kecerdasan yang ia miliki. Dengan demikian, pemilihan metode dan strategi pembelajaran akan lebih mudah.
Dengan paradigma baru sesuai teori kecerdasan majemuk yang menganggap tidak ada murid yang bodoh, setiap guru akan memandang para muridnya sebagai manusia-manusia yang memiliki potensi untuk berprestasi. Setiap guru, menurut pakar accelerated learning, Georgi Lazanov, akan berusaha keras membangun sugesti positif di dalam kelas dan memunculkan sekurang-kurangnya satu kecerdasan yang menonjol pada diri murid mereka. Hal itu akan bisa dirasakan siswa jika kegiatan belajar yang tertuang dalam rencana pembelajaran memberi kesempatan seluas-luasnya kepada para murid untuk mengembangkan potensi dirinya. Bukan sebaliknya, mematikan kreativitas peserta didik. 

3.      KECERDASAN MAJEMUK DAN PEMBELAJARAN DI TK/PAUD
Menurut teori multiple intelligences, anak belajar melalui berbagai macam cara. Di TK/PAUD hal ini diterapkan melalui permainan yang beragam. Berikut contoh pembelajaran di TK Melati, Ulu Suliti, Kab Solok Selatan:
a.       Kecerdasan bahasa
Cara belajar yang dapat diterapkan adalah melalui kata-kata, tulisan, menyimak cerita dan bercerita, deklamasi, permainan kata, berdiskusi. Salah satu bentuk permainannya adalah  “permainan bertukar nama” . permainan ini bertujuan untuk merangsang anak mengenal namanya sendiri secara tertulis, mengenal komposisi huruf, dan meransang keinginan anak untuk mengopi tulisan.
Alat dan bahan :  kertas karton ukuran 5x12 cm yang bertuliskan nama panggilan anak yang dibuat sejumlah anak
Cara bermain   :
1.      Kalungi nam dengan kertas yang bertuliskan namanya. Biarakan mereka melihat tulisan namanya.
2.      Panggil satu demi satu anak-anak tersebut ke depan. Biarakan mereka melihat nama temannya. Lakukan hingga semua anak mendapat giliran.
3.      Tanyakan apakah mereka mau bertukar nama. Jika mau persilakan anak mencari pasanagan dan saling bertukar nama.
4.      Panggil kembali nama anak. Anak yang membawa nama temannya akan maju.
5.      Biarkan anak tertawa terpingkal-pingkal, karena merasa lucu melihat pertukaran itu.
6.      Lakukan hingga semua anak memperoleh giliran.
7.      Setelah selesai, persilakan anak mengembalikan nama itu padayang punya.
b.      Kecerdasan logika-matematika
Cara belajarnya adalah melalui menghitung, mencongkak, bermain dengan angka, memecahkan teka-teki, mencoba (bereksperimen), menelusuri sebab-akibat sesuatu. Contoh permainanya adalah permainan “berapa biji”. Permainan ini bertujuan untuk merangsang kemampuan membilang benda riil juga kecerdasan naturalis.
Alat dan bahan : biji buah-buahan yang cukup besar, seperti biji salak, biji mangga, biji jambu air, dan biji rambutan.
Cara bermain   :
1.      Bagi anak menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok diberi 1 mangkuk plastik berisi biji-bijian. Namai kelompok berdasarkan keinginan anak-anak. Persilakan anak duduk melingkar. Jika guru bertanya tentang jumlah biji yang diminta, anak meminta maksimal 3 buah.
2.      Tanyakan pada kelomok pertama “ibu punya biji salak mau ndak?” anak-anak menjawab “mau” .”berapa bijiyang kalian minta?”
3.      Jika anak mejawab 1, 2, atau 3, berikan biji rambutan sesuai permintaan. Jika menjawab 4, katakan “aduh terlalu banyak , nanti yang lain tidak mendapat bagian. 2 saja,ya?”
4.      Tanyakan hal yang sama pada kelompok ke2 dan ke3. Berikan biji rambutan sesuai permintaan seperti pada butir 2 lakukan hingga biji rambutan habis.
5.      Ambil biji yang lain, tanyakan hal yang sama pada butir 1 dan 2.
6.      Bertanyalah pada setiap kelompok, “berapa biji yang kalian punya? Biji apa sajakah itu?”.
7.      Bantu anak-anak menghitung perolehan biji masing-masing. Lihat apakah mereka sudah dapat menghitung biji-biji itu sesuai jumlah yang ada.
c.       Kecerdasan visual spasial
Cara belajarnya yaitu melalui membangun dan merancang miniatur bangunan, mewarnai, mengkombinasikan warna-warna, bermain imajinasi, mememtakan pikiran, mencermati bentuk, menggambar, menyusun. Salah satu bentuk permainannya adalah permainan “jiplak koin”. Permainan inibertujuan merangsang anak mencermati bentuk dan senang menggambar.
Alat dan bahan : kertas, pensil, koin 50 besar, 100, 500 dan 1000
Cara bermain :
1.      Ajak anak mengenal koin 50 besar, 100, 500 dan 1000.
2.      Perlihatkan cara menjiplak koin, yakni letakkankoin di bawah kertas tipis dan gosok kertas dengan pensil tepat di atas koin.
3.      Jawab pertanyaan anak jika mereka terheran-heran mengapa gabar pada koin bisa muncul pada kertas. Biarkan mereka beruji pada benda-benda lain.
4.      Balik koin, dan dapatkan gambar disisi lain.
5.      Rekatkan gambar 2 sisi koin, sehingga berwujud koin kertas.
6.      Lakukan hingga semua koin selesai di jiplak.
7.      Dorong anak hingga dapat melakukan permainan ini, dan biarakan mereka mengembangkannya.
d.      Kecerdasan kinestetik
Cara belajarnya adalah dengan memegang dan menyentuh benda, mendramakan, bergerak/beraktivitas (melompat, meniti, berguling), membaui dan mengecap, bermain bongkar pasang, menari, membentuk sesuatu. Contoh permainannya “permainan jalan binatang” yang dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar, dan kesinkronan gerak motorik kasar dan motorik halus.
Cara bermain :
1.      Bagi anak menjadi 2 kelompok, kanan dan kiri. Buat mereka berhadapan dalam jarak 5 hingga 7 meter. Beri tanda untuk garis tengah
2.      Beri aba-aba, “jalan itik!” anak-anak dari dua kelompok berjalan menyerupai itik sambil bersuara,berhenti sejenak karen bertemu dengan “itik” dari kelompok lain di garis tengah, lalu berjalan “itik” menuju tempat semula.
3.      Lanjutkan permainan dengan cara yang sama dengan “jalan binatang lain”. Jika perlu ubah posisi anak. Beri contoh jika anak mengalami kesulitan.
e.       Kecerdasan musikal
Cara belajarnya dengan mengidenifikasi suara dan bunyi,menikmati berbagai suara dan bunyi, menyanyi dan bersiul, bermain alat musik, menikmati irama, mendengarkan lagu. Contoh, permainan “mengejar lagu” yang bertujuan merangsang kepekaan nada, irama, dan musik, kemampuan olah vokal, serta kepekaan koordinasi suara dan lagu.
Cara bermain :
1.       Bentuk aanak menjadi 2 kelompok. Posisi berdiri dipisah antara kelompok 1 dan 2.
2.      Persilakan kelompok 1 menyanyi lagu “balonku”.
3.      Begitu kelompok 1, sampai kata-kata “...rupa-rupa warnanya”, kelompok 2 mulai bernyanyi, “balonku...”
4.      Begitu selesai menyanyi, kelompok 1 mulai lagi,”balonku...” begitu juga dengan kelompok 2. Apabila anak-anak masih banyak tertawa, biarkan sejenak lalumulai lagi.
5.      Teruskan permainan hingga anak-anak minta berhenti.
f.       Kecerdasan interpersonal
Cara belajar dengan belajar kelompok, bekerja sama, berbagi rasa, berbicara dengan orang lain, berbagi peran, bermain peran, bermain tim, simulasi, berinteraksi. Contoh permainan “meminta uang” yang dapat merangsang kepekaan mmelihat perspektif orang lain dan kepekaan simpati.
Cara bermain :
1.      Jelaskan 3 peran yang akan dimankan anak, yakni anak, bapak, dan ibu. Anak berpura-pura meminta uang kepada ayah. Ayah berpura-puara menanyakan untauk apa uang itu, lalu memberi uang pada anak, dan ibu berpura-pura menasihati anak agar tidak jajan sebarangan.
2.      Biarkan anak memilih perannya sendiri dan mengelompok menurut perannya itu. Berikan kesempatan untuk berunding.
3.      Persilakan kelompok 1 mulai. Beri kesempatan erekaberlaga sesuai ekspresi mereka masing-masing. Beri tepuk tangan setelah kelompok 1 selesai mempergunakan perannya.
4.      Beri kesempatan kelompok 2 dan selanjutnya hingga semua anak mendapat giliran dan apapun hasilnya beri tepuk tangan pada mereka.
g.      Kecerdasan naturalis
Cara belajar dengan mencermati alam sekitar, menikmati alam,berjalan-jalan di alam terbuka, memperhatikan cuaca dan benda-benda langit, peduli terhadap waktu, mengamati hewan, tumbuhan, memperhatikan wujud benda, memelihara tumbuhan dan hewan. Contoh permainan “buah apa namanya?” agar kemampuan anak mengidntifikasi ciri-ciri buah, kemampuan membedakan berbagai jenis buah serta kecintaan anak terhadap buah-buahan terangsang.
Alat dan bahan : gambar buah-buahan
Cara bermain :
1.      Sebelum bermain adakan tanya jawab dengan anak tentangbua-buahan. setelah itu, bentuk anak menjadi beberapa kelompok dan bagkan gambar kepada kelompok. Permainan dilakukan dalam bentuk teka-teki.
2.      Tanyakan dalam wujud teka-teki, “buah apa  yang harus dikupas kulitnya, dibersihkan matanya, kuning warnanya, asam-manis rasanya?” anak-anak berundingdalam kelompok, lalu menjawab bersama-sama nenas
3.      Lakukan hal yang sama pada buah-buahan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Sandy Mac Gregor. Piece of mind. 2006.  Jakarta: gramedia
Suyanto, slamet. Konsep dasar pendidikan anak usia dini. 2005. Jakarta: depdiknas
Timotius Adi Tan & Iwan Wahyudi. Who Am I? Yes! I Know!.  Metanoia Publishing. Cetakan Pertama, Maret 2007, hlm. 106 – 107.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar