A. SOSIAL
Menurut Dahar (2011: 22), Teori
belajar merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembagkan oleh Albert Bandura (1969).
Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi
memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek isyarat pada perilaku dan
proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan
penjelasn reinforcement eksternal dan
penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang
lain.
Dalam pandangan belajar sosial,
“manusia itu tidak akan di dorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga
tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Namun, fungsi psikologi
diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan
pribadi dan determinan lingkungan” (Bandura dalam Dahar, 2011: 22).
Menurut Dahar (2011: 22-26), Teori belajar sosial menekankan bahwa
lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidak random; lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.
Suatu perspektif belajar sosial menganalisis hubungan kontinu antara
variabel-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka dan
tertutup seseorang. Perspektif ini menyediakan interpretasi-interpretasi
tentang bagaimana terjadi belajar sosial dan bagaimana kita mengatur perilaku
kita sendiri. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia
tidak di bentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia belajar dari
suatu model. Contoh, guru olahraga mendemonstrasikan loncat tinggi kemudian
siswa menirunya. Menurutnya juga ada 4
fase belajar dari model,yaitu:
1)
Fase perhatian; pada umumnya para siswa memberikan
perhatian pada model-model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan populer.
2)
Fase retensi; materi pelajaran aka lama di ingat
bila terjadi pengulangan.
3)
Fase reproduksi; guru memberikan umpan balik (benar
maupun salah) yang bersifat memperbaiki untuk membentuk perilaku yang
diinginkan.
4)
Fase motivasi; para sisiwa akan meniru suatu model
sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat demikian, mereka akan meningkatkan
kemungkinan untuk memperoleh reinforcement.
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan
prisip belajar vicarious. Bila
seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang
bekerjaengan baik dan memuji mereka karena pekerjaan mereka baik. Anak yang
nakal itu melihat bahwa mereka memperoleh reinforcement
sehingga ia pun kembali bekerja. Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati
perilakunya sendiri, kemudian memberi reinforcement
atau hukuman pada dirinya sendiri.
Kelebihan: prinsip-prinsip yang
melandasi teori-teori perilaku memiliki kedudukan yang kuat dalam psikologi dan
telah ditunjukkan dalam berbagai situasi. prinsip-prinsip ini berguna untuk
menjelaskan sebagian besar dari perilaku manusia, dan bahkan lebih berguna
dalam mengubah perilaku.
Kekurangan: ruang lingkup teori
belajar perilaku terbatas, para teoretikus belajar perilaku lebih memusatkan
pada perilaku yang tampak (pengendalian perilaku). Proses-proses belajar yang
kurang tampak, seperti pembentukan konsep, belajar dari buku, pemecahan
masalah, dan berpikir, sukar untuk diamati secara langsung sehingga kurang di
teliti oleh para teoretikus.
B. KONSTRUKTIVISTIK
Teori belajar kontruktivistik memahami
belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu
sendiri. Pengetahuan ada dalam diri seseorang. Si pelajar dihadapkan kepada lingkungan
belajar yang bebas. Kontruktivistik menekankan perkembangan konsep dan
pengertian yang mendalam , pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat
siswa.
Secara garis besar, prinsip-prinsip
konstruktivisme yang diterapkan dalam belajarmengajaradalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali
hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsepi lmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi
masalahyang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Kontruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahawa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri. Glasersfeld (dalam Suparno, 1997) menegaskan
penegtahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan yang (realita). Pengetahuan
bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan
akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Suparno, 1997 dalam pengetahuan
konstruktivisme pengetahuan bukanlah
tertentu dari deterministic, melainkan suatu proses menjadi tahu.
Kontruktivis menyatakan semua
pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka meeka
menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang individu kepada
individu lain.
Berdasarkan uraian terdahulu
disimpulkan dalam belajar seseorang mengkonstruksi pengetahuannya. Manusia
mengkonstrusi pengetahuannya melaluiinteraksi mereka dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungan mereka.
C. SIBERNETIK
Teori belajar sibernetika
adalah teori belajar yang dianggap paling baru. (Riyanto, 2012: 20). Teori berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut
teori itu belajar adalah pengolaan informasi. Sekilas teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Namun yangg
lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu. Informasilah yang menentukan proses.
Proses belajar setiap siswa berbeda, sebab suatu informasi mungkin dipelajari
oleh siswa dengan satu bentuk proses belajar, dan informasi yang sama itu
mungkin akan dipelajari siswa lain dengan proses belajar yang berbeda.
Asumsi lain dari teori sibernetika
adalah tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang
cocokuntuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan di pelajari seorang
siswa denag satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan
dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Proses
pengolahan imformasi dalam ingatan dimulai dari proses penyajian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan
(retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan
proses penelusuran bergerak secara hirarkis, dari informasi yang paling umum
dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang
diinginkan diperoleh.
HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku mental
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Tujuan belajar dan
pembelajaran mencakup tujuan intruksional, tujuan pembelajaran, dan tujuan
belajar.
Dapat
dikemukakan bahwa ada2 unsur penting yang terkandung
dalam konsep belajar yaitu : mengalami dan perubahan.
1. Mengalami.
Belajar adalah suatu atau serangkaian aktifitas yang dialami seseorang melalaui interaksinya dengan lingkungan. Interaksi tersebut mungkin berawal dari faktor yang berasal dalam atau dari luar diri sendiri. Dengan terjadinya interaksi dengan lingkungan, akan menyebabkan munculnya proses penghayatan dalam diri individu tersebut, akan memungkinkan terjadinya perubahan pada yang ber-sangkutan.unsur mengalami ini perlu mendapatkan perhatian yang be-sar, karena dia merupakan salah satu prinsip utama dalam proses belajar dan pembelajaran, paling tidak menurut pandangan para ahli modern.
Belajar adalah suatu atau serangkaian aktifitas yang dialami seseorang melalaui interaksinya dengan lingkungan. Interaksi tersebut mungkin berawal dari faktor yang berasal dalam atau dari luar diri sendiri. Dengan terjadinya interaksi dengan lingkungan, akan menyebabkan munculnya proses penghayatan dalam diri individu tersebut, akan memungkinkan terjadinya perubahan pada yang ber-sangkutan.unsur mengalami ini perlu mendapatkan perhatian yang be-sar, karena dia merupakan salah satu prinsip utama dalam proses belajar dan pembelajaran, paling tidak menurut pandangan para ahli modern.
2. Perubahan
dalam diri seseorang.
Proses yang dialami seseorang baru
dikatakan mempunyai makna be-lajar, akan menghasilkan perubahan dalam diri yang
bersangkutan, esensi dari perubahan ialah adanya yang baru. Dia mungkin bahagia
dapat menyelesaikan diri dengan lebih baik, dapat menjaga kesehatan dengan
lebih baik, atau dapat menulis dan berbicara dengan efectif. Perlu dicatat perubahan
yang dimaksud harus bersifat normatif. Perubahan dalam belajar harus mengarah
kepada dan sesuai dengan norma-norma atau nilai-nilai yang berhubungan dianut
oleh masyarakat.
Dari
unsur diatas dapat disimpulkan bahwa belajar secara umum dirumuskan sebagai
: Perubahan dalam diri seseorang yang dapat dinyatakan dengan adanya
penguasaan pola sambutan yang baru, berupa pemahaman, keterampilan dan sikap
sebagai hasil proses hasil pengalaman yang dialami.
Unsur-unsur dalam belajar.
Prilaku
belajar merupakan prilaku yang konplek, karena banyak unsur yang terlibat
didalamnya, diantaranya :
1. Tujuan.
Dasar dari aktifitas belajar ialah
untuk memenuhi kebutuhan yang dira-sakan oleh yang bersangkutan. oleh karena
itu prilaku belajar mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Seorang anak yang merasa lapar akan belajar
bagai mana caranya untuk mendapatkan makanan.
2. Pola
respon dan kemampuan yang dimiliki.
Setiap individu memiliki pola respon
yang dapat digunakan saat meng-hadapi situasi belajar, dia mempunyai cara
merespon tersendiri dan hal itu berkaitan erat dengan
kesiapannya. Kurangnya kesiapan yang bersangkutan menghadapi situasi yang
diha-dapi dapat menyebabkannya gagal dalam mencapai tujuan.
3. Situasi
belajar.
Situasi yang dihadapi mengandung
berbagai alternatif yang dapat dipi-lih. Alternatif yang dipilih dapat
memberikan kepuasan atau tidak. ka-dang-kadang situasi mengandung ancaman atau
tantangan bagi indivi-du dalam rangka mencapai tujuan.
4. Penafsiran
terhadap situasi.
Dalam menghadapi situasi, individu
harus menentukan tindakan , mana yang akan diambil, mana yang harus dihindari
dan mana yang paling aman. Mana yang akan diambil tentu saja didasarkan pada
penafsiran yagn bersangkutan terhadap situasi yang dihadapi. Andaikan dia salah
dalam penafsiran situasi yang dihadapi, dia akan gagal mencapai tujuan yang
ingin dicapainya.
5. Reaksi
atau respon.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahar, Ratnawilis. 2011. Teori-Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Riyanto,Yatim.2012. Paradigma
Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik dan Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Tim Penyusun FIP. 2004. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. UNP
Suprijono, Agus.2012. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar