Sabtu, 20 Desember 2014

PENGERTIAN BELAJAR PEMBELAJARAN MENURUT BEBERAPA TEORI DAN HAKEKAT PEMBELAJARAN




A.     SOSIAL
Menurut Dahar (2011: 22), Teori belajar merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional.  Teori ini dikembagkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek isyarat pada perilaku dan proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan penjelasn reinforcement eksternal dan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar sosial, “manusia itu tidak akan di dorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Namun, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan pribadi dan determinan lingkungan” (Bandura dalam Dahar, 2011: 22).
Menurut Dahar (2011: 22-26), Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidak random; lingkungan itu kerap kali dipilih dan  diubah oleh orang itu melalui perilakunya. Suatu perspektif belajar sosial menganalisis hubungan kontinu antara variabel-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka dan tertutup seseorang. Perspektif ini menyediakan interpretasi-interpretasi tentang bagaimana terjadi belajar sosial dan bagaimana kita mengatur perilaku kita sendiri. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak di bentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan manusia belajar dari suatu model. Contoh, guru olahraga mendemonstrasikan loncat tinggi kemudian siswa menirunya. Menurutnya juga ada 4 fase belajar dari model,yaitu:
1)     Fase perhatian; pada umumnya para siswa memberikan perhatian pada model-model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan  populer.
2)     Fase retensi; materi pelajaran aka lama di ingat bila terjadi pengulangan.
3)     Fase reproduksi; guru memberikan umpan balik (benar maupun salah) yang bersifat memperbaiki untuk membentuk perilaku yang diinginkan.
4)     Fase motivasi; para sisiwa akan meniru suatu model sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat demikian, mereka akan meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh reinforcement.
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prisip belajar vicarious. Bila seorang murid berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang bekerjaengan baik dan memuji mereka karena pekerjaan mereka baik. Anak yang nakal itu melihat bahwa mereka memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali bekerja. Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri, kemudian memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri.
Kelebihan: prinsip-prinsip yang melandasi teori-teori perilaku memiliki kedudukan yang kuat dalam psikologi dan telah ditunjukkan dalam berbagai situasi. prinsip-prinsip ini berguna untuk menjelaskan sebagian besar dari perilaku manusia, dan bahkan lebih berguna dalam mengubah perilaku.
Kekurangan: ruang lingkup teori belajar perilaku terbatas, para teoretikus belajar perilaku lebih memusatkan pada perilaku yang tampak (pengendalian perilaku). Proses-proses belajar yang kurang tampak, seperti pembentukan konsep, belajar dari buku, pemecahan masalah, dan berpikir, sukar untuk diamati secara langsung sehingga kurang di teliti oleh para teoretikus.
B.     KONSTRUKTIVISTIK
Teori belajar kontruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada dalam diri seseorang. Si pelajar dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas. Kontruktivistik menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam , pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa.
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajarmengajaradalah:
            1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsepi lmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalahyang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahawa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Glasersfeld (dalam Suparno, 1997) menegaskan penegtahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan yang (realita). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Suparno, 1997 dalam pengetahuan konstruktivisme pengetahuan bukanlah  tertentu dari deterministic, melainkan suatu proses menjadi tahu. Kontruktivis menyatakan  semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka meeka menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang individu kepada individu lain.
Berdasarkan uraian terdahulu disimpulkan dalam belajar seseorang mengkonstruksi pengetahuannya. Manusia mengkonstrusi pengetahuannya melaluiinteraksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka.

C.      SIBERNETIK
Teori belajar  sibernetika  adalah teori belajar yang dianggap paling baru.  (Riyanto, 2012: 20). Teori berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut  teori itu belajar adalah pengolaan informasi. Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Namun yangg lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu. Informasilah yang menentukan proses. Proses belajar setiap siswa berbeda, sebab suatu informasi mungkin dipelajari oleh siswa dengan satu bentuk proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain dengan proses belajar yang berbeda.
Asumsi lain dari teori sibernetika adalah tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocokuntuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan di pelajari seorang siswa denag satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
            Proses pengolahan imformasi dalam ingatan dimulai dari proses penyajian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku mental karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Tujuan belajar dan pembelajaran mencakup tujuan intruksional, tujuan pembelajaran, dan tujuan belajar.
Dapat dikemukakan bahwa ada2 unsur penting yang terkandung dalam konsep belajar yaitu : mengalami dan perubahan.
1.      Mengalami.
Belajar adalah suatu atau serangkaian aktifitas yang dialami seseorang melalaui interaksinya dengan lingkungan. Interaksi tersebut mungkin berawal dari faktor yang berasal dalam atau dari luar diri sendiri. Dengan terjadinya interaksi dengan lingkungan, akan menyebabkan munculnya proses penghayatan dalam diri individu tersebut, akan memungkinkan terjadinya perubahan pada yang ber-sangkutan.unsur mengalami ini perlu mendapatkan perhatian yang be-sar, karena dia merupakan salah satu prinsip utama dalam proses belajar dan pembelajaran, paling tidak menurut pandangan para ahli modern.
2.      Perubahan dalam diri seseorang.
Proses yang dialami seseorang baru dikatakan mempunyai makna be-lajar, akan menghasilkan perubahan dalam diri yang bersangkutan, esensi dari perubahan ialah adanya yang baru. Dia mungkin bahagia dapat menyelesaikan diri dengan lebih baik, dapat menjaga kesehatan dengan lebih baik, atau dapat menulis dan berbicara dengan efectif. Perlu dicatat perubahan yang dimaksud harus bersifat normatif. Perubahan dalam belajar harus mengarah kepada dan sesuai dengan norma-norma atau nilai-nilai yang berhubungan dianut oleh masyarakat.
Dari unsur diatas dapat disimpulkan bahwa belajar secara umum dirumuskan sebagai : Perubahan dalam diri seseorang yang dapat dinyatakan dengan adanya penguasaan pola sambutan yang baru, berupa pemahaman, keterampilan dan sikap sebagai hasil proses hasil pengalaman yang dialami.

Unsur-unsur dalam belajar.
Prilaku belajar merupakan prilaku yang konplek, karena banyak unsur yang terlibat didalamnya, diantaranya :
1.    Tujuan.
Dasar dari aktifitas belajar ialah untuk memenuhi kebutuhan yang dira-sakan oleh yang bersangkutan. oleh karena itu prilaku belajar mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Seorang anak yang merasa lapar akan belajar bagai mana caranya untuk mendapatkan makanan.
2.    Pola respon dan kemampuan yang dimiliki.
Setiap individu memiliki pola respon yang dapat digunakan saat meng-hadapi situasi belajar, dia mempunyai cara merespon tersendiri dan hal itu berkaitan erat dengan kesiapannya. Kurangnya kesiapan yang bersangkutan menghadapi situasi yang diha-dapi dapat menyebabkannya gagal dalam mencapai tujuan.
3.     Situasi belajar.
Situasi yang dihadapi mengandung berbagai alternatif yang dapat dipi-lih. Alternatif yang dipilih dapat memberikan kepuasan atau tidak. ka-dang-kadang situasi mengandung ancaman atau tantangan bagi indivi-du dalam rangka mencapai tujuan.
4.    Penafsiran terhadap situasi.
Dalam menghadapi situasi, individu harus menentukan tindakan , mana yang akan diambil, mana yang harus dihindari dan mana yang paling aman. Mana yang akan diambil tentu saja didasarkan pada penafsiran yagn bersangkutan terhadap situasi yang dihadapi. Andaikan dia salah dalam penafsiran situasi yang dihadapi, dia akan gagal mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
5.    Reaksi atau respon.




DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratnawilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Riyanto,Yatim.2012. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik dan Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Tim Penyusun FIP. 2004. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. UNP
Suprijono, Agus.2012. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar