Sirah Sabar : Menahan Amarah
Khalifah Harun Ar-Rasyid memiliki seorang budak yang cerdik
yang bekerja sebagai pelayan di istana khalifah. Suatu hari, Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang menjamu para undangan penting seperti menteri, gubernur dan
panglima perang.
Saat jamuan berlansung, budak cerdik itu membawa minuman
dalam sebuah kendi. Namun tanpa sengaja tiba-tiba minuman itu tumpah dan
mengenai jubah kebesaran Khalifah Harun Ar-Rasyid . Para tamu undangan yang
hadir melihat lansung peristiwa memalukan itu. Tentu saja sang khalifah merasa
tidak nyaman dan malu dengan perbuatan pelayan yang ceroboh itu. Peristiwa itu
juga membuatnya jengkel. Dengan menahan kekesalan, sang khalifah menatap
pelayan itu.
Pelayan cerdik itu segera berkata dan menenangkan khalifah,
“wahai amirul mukminin, ingatlah dengan firman ALLAH, “....dan orang-orang yang menahan amarahnya...”(QS. Ali Imran: 134).Mendengar hal itu Khalifah terdiam, lalu menjawab, “baiklah pelayanku. Sekarang aku telah menahan amarahku.”
Pelayan itu berkata lagi, “...dan memaafkan (kesalahan) orang..”
Khalifah menjawab, “baiklah sekarang aku memaafkan
kesalahanmu”.
Pelayan itu berkata lagi,”...dan
ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sang khalifah pun berkata, “ sekarang aku memerdekanmu karena
ALLAH.”
Dari kisah ini, sungguh khalifah Harun Ar-Rasyid telah mencontohkan bagaimana menahan amarah dengan baik. Meskipun berkuasa dan mampu membalas, hal itu tidak beliau lakukan karena landasan iman. Tanpa menampikkan sifat wajar yang dimiliki manusia, Beliau berusaha melawan karena Beliau lebih memilih dicintai ALLAH daripada hanya melepaskan amarah sesa(a)t. Dan Beliau yakin akan balasan yang diberikan ALLAH yaitu, SURGA.
(Sumber: Muhammad Suhadi. 2014. 30 nasihat nabi sehari-hari;
penting diajarkan mudah diamalkan. Surakarta: al-quds.)