Sabtu, 20 Desember 2014

PENGERTIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI



Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Bentuk program pendidikan anak usia dini meliputi: pendidikan keluarga, bina keluarga, taman pengasuhan, kelompok bermain dan taman kanak-kanak.
Rita Kurnia (2010: 3) mengatakan:
                 Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar kehidupan tahap berikutnya.

           Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan pembelajaran berbasis perkembangan mempunyai sejumlah prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait, artinya perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi atau memudahkan atau melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.
2.      Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur. Dengan demikian, urutan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan.
3.      Perkembangan anak adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dimana ia hidup. Oleh sebab itu, sering dikemukakan bahwa kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan yang saling berhubungan.
4.      Atas dasar itu maka para pendidik disamping menyediakan lingkungan yang sehat, aman, dan menyediakan makanan dengan gizi yang baik, juga harus memberikan layanan yang komprehensif kepada anak, seperti layanan kesehatan fisik, gigi, mental dan sosial.


            Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya.


Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang menjadi suatu    generalisasi      kesimpulan              umum).

            Fase-fase Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

Menurut Piaget (1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal”.

1.         Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun)
Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor.
Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada.

Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda.
Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.

2.                  Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun)
Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya.
Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun.

Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.
Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.

3.         Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun)
Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret.
Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.



4.                   Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

            Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

            Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:
1.                  Berpikir Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2.                  Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3.                  Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.

               lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif

1.      Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.
2.    Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar.
3.      Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya gambar.
4.      Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya.

            KESIMPULAN
Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya.
 
         SARAN
1.      Diharapkan kepada kita semua untuk dapat memehami tentang kognitif perkembangan anak usia dini, dan dapat menganalisis tentang perkembangan pada anak usia dini.
2.      Setiap anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahapannya. Dan sebagai orang tua juga harus dapat memperhatikan perkembangan anak-anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Wilson. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani.

Rita Kurnia.2010. Program Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat PAUD. 2005. Perkembangan dan Belajar Anak Didik. Pekanbaru: Cendikia Insani.

Asef Umar.2010. Sukses Menjadi Guru Paud. Yogyakarta: Bening.

Piaget, Jean. 1972. Psikologi Perkembangan Anak. (online, http//online ed. Asv.  Edu/eppa/, diakses 30 desember 2010).
http://dianasary92.blogspot.com/2012/12/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini.html Senin, 24 Maret 2014

DORE-DORE PUZZLE

1.      SINOPSIS
Permainan “dore-dore puzzle” ini mengajak anak untuk bermain dengan menggabungan permainan tradisionl yaitu dore, dengan permainan yang dapat mengembngkan kognitif dan lokomotif dan objek kontrol. Disini anak berlomba untuk menyusun puzzle dimana anak harus melewati beberapa rintangan sebelum dapat menyusun puzzle.
Peratama-tama anak memulaui permainan dengan merangkak, merayap. Setelah itu anak melakukan permainan dore dengan melompati setiap kotak-kotak sesuai dengan bentuknya seperti permainan dore tradisional pada umumnya.
Selanjutnya untuk menyusun susunan puzzle, anak harus bisa memsasukkan bola kedalam keranjang, disini setelah bola satu masuk kedalam keranjang, anak mengambil satu puzzle yng ada didalam keranjang tersebut dan berlari di dekat menyusun puzzle.
Setelah itu anak kembali melakukan permainan itu dimulai dari awal kembali dengan merangkak,merayap,dst... sampai seluruh kepingan puzzle terkumpul dengan semupurna.
Permainan diakhiri dengan siapa anak yang dulu menyusun kepingan puzzle dengn waktu yang tercepat maka dialah pemenangnya.
2.      IMAJINER
Dalam permainan ini anak seolah-olah menjadi seorang petualang yang melalui berbagai rintangan untuk mencapai tujuannya. Permainan ini seolah-olah menjadikan anak seperti dora yang menjadi petualang namun tidak disertai petunjuk seperti peta. Dalam pikirannya anak di mindset untuk menjadi seorang petualang yang harus menyatukan kepingan-kepingan puzzel agar dapat mengetahui rahasia dibalik kepingan-kepingan puzzle apakah puzzle itu sama bentuknya dengan gambar yang ada pada petunjuknya.
3.      Alat dan Bahan
a.       Tali
b.      Bola
c.       Keranjang
d.      Pazel
e.       Bendera (merah,kuning dan hijau)
f.       Lidi
g.      pancang
4.      Peraturan Permainan
a.       Pertama anak merangkak dan merayap
b.      Setelah anak merangkak dan merayap, anak yang duluan tiba di permainan dore, maka anak itu yang maju duluan untuk bermain dore, dan dilanjutkan dengan anak yang lainnya yang telah melalui rintangan pertama
c.       Selanjutnya anak mengambil bola yang berda di bawah untuk dimasukkan didalam keranjang, di dalam keranjang ini terdapat beberapa kepingan puzzle.
d.      Setelah anak bisa memasukkan bola kedalam keranjang, anak memngambil satu buah kepingan puzzle.
e.       Kemudian dilanjutkan dengan berlari kembali kepermainan awal. Hingga semua puzzle
f.        Akhir dari permainan,  anak yang terlebih dahulu yang dapat menyusun puzzle dialah yang menjadi pemenangnya.
5.      Durasi waktu ±30 menit.

PERMAINAN TRADISIONAL (mencari sang induk)




1.      SINOPSIS
Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya. Ada permainan yang sifatnya bertanding dan ada juga yang diutamakan utamakan untuk mengisi waktu luang sebagai bentuk rekreasi.
Permainan tradisional juga bisa disebut permaian masa kecil atau masa kanak-kanak, meskipun terkadang ada permaianan yang sama cara mainanya di daerah satu dengan daerah lain, tapi memiliki nama yang berbeda. Permain tradisional biasa tidak di ketahui siapa penciptanya. Dan saat sekarang ini sudah jarang terlihat anak-anak yang memainkan permain-permainan tradisional, dan seolah-olah permain tradisional sudah tengelam, dan digantikan dengan permain-permainan moderen.
Pada kesempatan ini kami akan menampilkan permainan untuk AUD, dengan menggabungkan beberapa permainan tradisional namun tidak menghilangkan unsur edukatif. Permaian ini berjulum “mencari sang induk”. Permaian ini dapat mengembangkan fisik motorik anak, afektif,dan  kognitif.
Dalam permainan ini kami menggunakan permaian tradisional yaitu : melewati gerbang dewi-dewi, melewati permainan dore angka, lalu bermain bola kasti (mirip permain bese boll). Permainan ini terdiri dari dua kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih (kelompok bisa disesuaikan dengan jumlah anak). Cara permainannya :
1.      Anak mengambil gambar anak binatang (kucing, ayam, kelinci dan kambing) secara acak yang ada dalam keranjang
2.      Lalu pada hitungan ketiga anak  harus melewati gerbang dewi-dewi yang di jaga oleh tiga orang yang berdiri, dengan membuka dan menutup tangan secara terus menerus
3.      Anak harus melewati dore angka
4.      Setelah itu anak mengambil bola lalu dipukul (seperti bermain kasti)
5.      Setelah anak bisa memukul bola, anak harus mencocokkan kartu gambar anak binatang dengan induk binatang
6.      Bagi kelompok yang cepat menemukan induk binatang yang cocok, dan benar maka kelompok itulah yang menang


2.      Alat dan bahan

a.       Kartu gambar anak dan induk binatang (kucing, ayam, kambing dan kelinci)
b.      Bola
c.       Pemukul
d.      Pancang
e.       Tali rapiah/tali plastik


3.      Peraturan permainan
·         Anak harus melewati gerbang dewi-dewi dan tidak boleh menyengol/tersentuh tangan penjaga gerbag, jika kena maka anak harus mengulangi lagi hingga lolos.
·         Pada bagian memukul bola, anak harus bisa memukul bola tersebut, kalau tidak bisa maka anak harus mengulangi hingga bola terpukul
·         Dalam melewati setiap rintangan anak tidak bolah menghilangkan kartu gambar anak binatang.