Sabtu, 20 Desember 2014

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK


1.       KREATIVITAS
Kreatif adalah kegiatan anak dalam menyalurkan fikiran serta perasan dengan gagasan melalui suatu media seni dalam rangka mengembangkan dirinya (Mayar, 2010).
Menurut Susanto (2011), kreatifitas merupakan kemampuan umumuntk menciptakan sesuatu yang baru, baik  produk atau gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas merupakan satu istilah yang terkait dengan upaya meningkatkan daya pikir atau gagasan seseorang dalam menjalankan aktivitasnya. Kreativitas dapat dipelajari dan di olah oleh setiap orang. Dalam diri setiap orang sebenarnya telah tercipta kekuatan yang akan mendorong pengembangan kreativitasnya, tetapai sering tidak digunakan sebagaimana mestinya dan terperosok dalam pencarian identitas, konsisten dengan rutinitas dan terkungkung dalam batasan-batasan sempit. Pengembangan kreativitas membutuhkan kemampuan untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada; baik dari dalam maupun dari luar diri seorang creator(Agung,2010).
Lebih lanjut, Gardner dalam Agung (2010) mengemukakan paling sedikit terdapat tujuh aspek sebagai potensi diri untuk mengembangkan kreativitas, yakni:
 (1) verbal/linguistic, berupa kemampuan memanfaatkan kata secara lisan dan tertulis;
 (2) matematis/ logis, berupa kemampuan memanfaatkan system angkadan konsep logis;
 (3) spatial, berupa kemampuan melihat dan memanfaatkan pola dan desain ruangan;
 (4)musical, berupa kemampuan mengertidan memanfaatkan konsep music seperti nada, irama dan keselarasan;
 (5) kinestetis tubuh, berupa kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan;
 (6) intrapersonal, berupa kemampuan memahami pikiran, perasaan dan perilaku diri sendiri;
(7) interpersonal, berupa kemampuan memahami orang lain, pikiran serta perasaan mereka. Seorang creator dituntut kemampuannya untuk memanfaatkan ketujuh potensi sesuai dengan konteks kondisi dan situasi yang dihadapi masing-masing.
Orang yang mempunyai kreativitas mempunyai karya yang orisinil. Karyanya itu baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat.
Konsep dan pengembangan kreativitas Munandar, dalam Mayar (2010) bisa dilakukan dengan bertitik tolak dengan pendekatan 4P yakni:
1)      Pribadi
Menekan pada pemahaman bahwa anak adalah pribadi yang unik. Pendidikan haruslah menghargai bakat dan minat khas dari setiap anak. Itu berati, anak perlu kesempatan dan kebebasan mewujudkannya.
2)      Pendorong
Suatu kondisi yang memungkinkan anak berperilaku kreatif. Tugas guru adalah membimbing kegiatn tersebut, bukan mendiktenya atau memaksakan kehendaknya atau anak harus membuat sesuatu sesuai dengan konsep orang dewasa. Seorang anak, akan menggunakan dorongan kreatif dari akar yang mendalam, tidak mendapat gangguan (diinterferensi ole dunia luar) maka ia yakin dengan bentuk ekspresi diri sendiri.  Anak yang dikekang atau cara mengungkapkannya tidak dipaksakan menurut orang dewasa, maka anak itu yakin kepada bentuk ekspresinya (tidak ragu-ragu menggunakan caranya sendiri)
3)      Proses
Lebih menekankan pada pemahaman kemampuan anak menciptakan suatu yang baru, paling tidak menemukan hubungan-hubungan jawaban antar unsur.
4)      Produk
Pada anak yang masih dalm proses pertumbuhan, perlu mendapatkan penekanan jangan menuntut produk kreativitas yang memenuhi standar tertentu, karena mengurangi kenikmatan anak berkreasi. Anak TK  yang diharuskan mengikuti contoh gambar, mewarnai menurut contoh, menggunting berdasarkan pola, produknya tidak bisa disebut hasil kreativitas.
Seiring dengan itu,menurut  Ayan, dalam Agung (2010) mengemukakan, paling sedikit ada empat dasar pembentukan daya kreatif yang disebutnya denagan CORE.
Unsur pertama (C) mengacu pada makna keingintahuan sebagai dasar untuk menimbulkan kreatif. Rasa ingin tahu mendorong orang untuk menyelidiki sesuatu yang baru , mencari cara untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, mengendalikan dorongan mencipta ataupun bereksperimen.
 Unsur kedua (O) adalah olah keterbukaan, yang disebut Jordan merupakan dasar vital dalam pengembangan daya kreatif. Seseorang tidak akan memiliki daya kreatif apabila hanya mau menerima keyakinan yang sudah baku, sehingga tidak akan pernah merasa tertantang untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan wawasannya. Orang kreatif bersifat terbuka terhadap gagasan /ide baru dan bersikap positif untuk mencoba hal-hal baru yang ditemuinya.
 Unsur ketiga (R)adalah risiko, yakni keberanian mengabil risiko terhadap pengadopsian gagasan /ide ataupun hal-hal baru. Kreativitas baru muncul apabila terdapat keberanian menanggung risiko, maka prestasi kreatif tidak akan pernah terwujud.
 Terakhir, unsur ke empat (E) mengacu pada pengertian energy sebagai pendorong kerja dan pemacu hasrat. Tanpa adanya energy mental dan fisik, gagasan /ide kreatif tidak akan berlangsung. Dengan energy yang besar, seseorang akan bergairah  mengerjakan sesuatu dan semakin kreatif. Sebaliknya, tanpa disertai dengan energy yang bersemangat, keseluruhan proses kerja  terasa seperti perjuangan berat, kurang memiliki kepedulian terhadap hasil serta menurunkan daya kreativitas.
Meski demikian, pihak lainnya berpendapat bahwa kreatifitas itu baru muncul apabila dalam diri seseorang terdapat juga sifat kreatif. Seorang creator adalah pribadi yang memiliki rambu-rambu dan sifat-sifat umum tertentu. Meski demikian sifat kreatif tidak melulu di tentukan oleh sifat bawaan dan bakat semata, tetapi dapat diperoleh melalui proses belajar, dipupuk dan dikembangkan oleh setiap orang.
Menururt Munandar, dalam Susanto (2011:118) ciri-ciri kreativitas yaitu:
 (a) mempunyai daya imajinasi kuat;
 (b) mempunyai inisiatif;
 (c) mempunyai minat luas;
 (d) mempunyai kebebasan dalam berpikir;
(e) bersifat ingin tahu;
(f) selalu ingin dapat pengalaman-pengalaman baru;
(g) mempunyai kepercayaan diri yang kuat;
(h) penuh semangat;
(i) berani mengambil risiko;
(j) berani berpendapat dan memiliki keyakinan.
Menururt Munandar, dalam Susanto (2011:125) factor yang mendukung kreativitas adalah:
a.       Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
b.      Member waktu pada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
c.       Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri
d.      Mendorong kesulitan anak untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal
e.       Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba di lakukan dan apa yang dihasilkannya
f.       Menunjang dan mendorong kegiatan anak
g.      Menikmati keberadaannya bersama anak
h.      Memberikan pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
i.        Mendorong kemandirian anak dalam bekerja
j.        Melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak.
Sedangkan factor penghambat kreativitas menurut Crople dalam Adhipura (Susanto, 2011: 126) adalah :
a.       Penekanan bahwa guru selalu benar
b.      Penekanan berlebihan pada hafalan
c.       Penekanan pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah
d.      Penekanan pada evaluasi eksternal
e.       Penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan
f.       Perbedaan secara kaku antara bekerja dan bermain dengan menekankan makna dan manfaat dari bekerja, sedangkan bermain adalah sekedar untuk rekreasi.

2.      KREATIVITAS, PERMAINAN DAN  HASTA KARYA
Menurut Musfiroh (2008), bermain mendorong  anak untuk berpikiran kreatif, karena didalam bermain anak memilih sendiri kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal, belajar menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri, dan belajar mengenali makna sosialisasi dan keberadaan diri diantara teman sebaya. Di dalam bermain, anak terdorong untuk melihat, mempertanyakan sesuatu, menemukan atau membuat jawaban, dan kemudian menguji jawaban dan pertanyaan yang mereka buat sendiri. Ketika tidak dihalangi untuk melakukan hal-hal ini, mereka terus melakukannya dan terus berusaha untuk mencapai yang lebih baik lagi. Kreativitas akan terpupuk saat demi saat, tahap demi tahap.
Pengembangan kreativitas pada anak melalui kegiatan hasta karya memiliki posisi penting dalam berbagai aspek perkembangan anak. Tidak hanya kreativitas yang akn terfasilitasi untuk berkembang dengan baik , tetapi juga kemampuan kognitif anak. Dalam kegiatan hasta karya setiap anak akan menggunakan imajnasinya untuk membenk suatu bangunan atau benda tertentu sesuai khayalannya. Setiap anak bebas mengekspresikan kreativitasnya, sehingga hasilnya pun juga akan berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya hasil karya ank yang dibuat melalui aktivitas membuat, menyusun atau mengontruksi akan memberikan kesempatan bagi anak untuk menciptakan benda-benda buatan mereka sendiri yang belum pernah mereka temui, ataupun mereka membuat modifikasi dari benda-benda yang telah ada sebelumnya. Apapun yang dibuat oleh anak akan membantu mereka menjadi lebih kreatif dan semangat untuk menemukan sesuatu yang baru (Rakimahwati,2009).
3.      MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MELALUI MAINAN TRADISIONAL
Salah satu cara untuk mengembangakan kreativitas anak adalah melalui permainan. Tidak perlu membeli mainan dengan harga yang mahal, cukup dengan membuatnya sendiri, dan itu bisa lebih meningkatkan kreativitas anak di banding permainan modern. Berikut beberapa permainan tradisional yang dapat meningkatkan kreativitas anak yang diambil dari buku karya Sitiatava Rizema Putra (2010):
 
a.Mainan Robot-Robotan
Mainan robot memang telah banyak dijual di toko-toko mainan. Namun, mainan robot yang satu ini berbeda dengan mainan robot-robot yang telah beredar dipasaran (robot-robot modern). Apa bedanya?sebenarnya dari bahan dasar pembuatannya saja sudah beda. Robot tersebut terbuat dari kemasan kardus, seperti kemasan sabun, pasta gigi, lampu, dan lain-lain. Selain itu, robot ini juga terkesan unik dan lucu karena merupakan hasil kreasi sendiri (bukan buatan pabrik).
Kelebihan lainnya adalah mainan robot-robotan ini juga dapat membantu meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi anak. Orang tua/guru bisa membuatkan bagian-bagian tertentu, serta meminta anak untuk merakitnya sendiri. Dengan teknik seperti ini, selain anak bermain, ia juga telah melatih kemampuan imajinasi dan kreativitasnya. Sehingga, robot yang dibuat merupakan manifestasi dari dalam imajinasinya sendiri.
Boleh jadi, mainan robot-robotan ini terkesan kuno, sederhana, dan tidak “gaul”. Akan tetapi, mainan itu justru memiliki nilai edukatif yang lebih tinggi daripada mainan serupa yang di jual di toko-toko mainan.
Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat mainan robot-robotan ini adalah sebagai berikut:
1.   Kotak kemasan, seperti kemasan sabun, pasta gigi, bola lampu dan lain sebagainya.
2.   Kertas warna.
3.   Lem.
4.   Gunting.
Untuk membuat mainan ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Kumpulkan terlebih dahulu berbagai jenis bungkus ataupun kemasan, seperti sabun, pasta gigi, dan kemasan yang berbentuk kotak lainnya.
2.      Bungkuslah tiap-tiap kemasan dengan kertas warna, sebagaimana cara membungkus kado.
3.      Kemasan tersebut dirangkai dengan cara menempelkan kemasan yang satu dengan kemasan yang lain dengan menggunakan lem perekat, sehingga kemasan itu dapat menjadi kreasi yang unik dan lucu. Dalam hal ini, kemasan tersebut bias dibuat menjadi mainan robot-robotan.              
b.      Batik Celup
Batik celup merupakan permainan yang ckup menarik. Selain bias mengasah kreativitas anak, mainan ini juga sangat menghibur, terutama bagi anak perempuan. Di sini,di ajarkan tentang cara membuat karya seni abstrak sambil bermain.
Bahan dan alat:
1.   Kertas HVS putih
2.   Pewarna tekstil
3.   Ember/wadah
4.   Air secukupnya
Cara membuat:
1.      Masukkan 2 liter air ke dalam ember.
2.      Larutkan 1 sachet pewarna tekstil (± ½ sendok makan) ke dalam ember.
3.      Aduklah hingga warna bercampur rata dalam air.
4.      Ambillah kertas HVS putih.
5.      Remaslah kertas HVS itu dengan jari-jari hingga padat. Kemudian, bukalah kertas tersebut.
6.      Dengan posisi yang agak kusut karena di remas, masukkan kertas ke dalam larutan air pewarna. Kemudian aduklah air hingga pewarna merata.
7.      Jemurlahkertas di bawah terik matahari. Pada langkah ini, orang tua harus rela membiarkan anak-anak berkotor-kotor ria ataupun berbasah-basah ria.
8.      Perlu diketahui bahwa meskipun mainan batik celup ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan ruang yang besar untuk memainkannya, namn mainan itu dapat meningkatkan daya kreativitas anak. Adapun hasil dari batik celup tersebut bias disimpan sebagai mainan anak ataupun hiasan dinding  di kamarnya.
c.       Mainan Boneka Kertas Versi Jepang
Mainan boneka dari jepang memang sangat terkenal. Boneka-boneka versi jepang banyak di jual di pasaran. Dan, terbukti bahwa boneka-boneka tersebut sangat laris dan paling digemari oleh anak-anak.
bahan dan alat:
1.      Kertas karton
2.      Kertas kado
3.      Kertas warna
4.      Stik es krim
5.      Pensil warna atau spidol
Cara membuat:
1.      Potonglah karton berbentuk persegi panjang.
2.      Bungkuslah dengan kertas kado.
3.      Tempelkan stik es krim di belakang karton, kemudian lapisilah dengan kertas kado sampai membentuk lengan.
4.      Buatlah bagian kepalanya, lalu warnai rambutnya dengan spidol hitam. Dengan demikian, boneka versi jepang dari kertas pun siap di mainkan.
d.      Boneka kupu-kupu kertas
Boneka kupu-kupu kertas sangat unik dan lucu. Selain itu bentuknya yang kecil di tambah warna-warni indah pada kertas yang dipakai sebagai bahan dasarnya, semakin menambah kecantikan mainan ini.
Bahan dan alat:
a. Kertas berwarna/lipat sesuai kebutuhan
b.Lem
c. Gunting
Cara membuat:
a.       Buatlah pola sayap dan badan kupu-kupu. Untuk membuatnya, diperlukan bantuan dan bimbingan orang tua. Atau, jika anak sudah mampu membuat sendiri, maka akan lebih baik bila ia di biarkan membuat dengan kreasinya sendiri.
b.      Guntinglah pola sayap dan badan sesuai dengan yang telah dibuat.
c.       Tempelkan guntingan pola tersebut pada kertas alas, kemudian biarkan anak member hiasan pada kupu-kupu itudengan kreasinya sendiri.
d.      Dengan demikian, kupu-kupu kertas kecil yang cantik nan mungil pun siap di mainkan.



DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni.
Mayar, Farida dan Rivda Yetti. 2010. Bahan Ajar Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.
Putra, Sitiatava Rizema. 2010. Membuat Sendiri Ragam Mainan Tradisional Anak. Jogjakarta: FlashBooks.
Rakimahwati. 2009. Buku Ajar Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Padang: UNP.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar