1.
KREATIVITAS
Kreatif adalah kegiatan anak dalam
menyalurkan fikiran serta perasan dengan gagasan melalui suatu media seni dalam
rangka mengembangkan dirinya (Mayar, 2010).
Menurut Susanto (2011), kreatifitas
merupakan kemampuan umumuntk menciptakan sesuatu yang baru, baik produk atau gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas
merupakan satu istilah yang terkait dengan upaya meningkatkan daya pikir atau
gagasan seseorang dalam menjalankan aktivitasnya. Kreativitas dapat dipelajari
dan di olah oleh setiap orang. Dalam diri setiap orang sebenarnya telah
tercipta kekuatan yang akan mendorong pengembangan kreativitasnya, tetapai
sering tidak digunakan sebagaimana mestinya dan terperosok dalam pencarian
identitas, konsisten dengan rutinitas dan terkungkung dalam batasan-batasan
sempit. Pengembangan kreativitas membutuhkan kemampuan untuk mendayagunakan
potensi-potensi yang ada; baik dari dalam maupun dari luar diri seorang
creator(Agung,2010).
Lebih
lanjut, Gardner dalam Agung (2010) mengemukakan paling sedikit terdapat tujuh
aspek sebagai potensi diri untuk mengembangkan kreativitas, yakni:
(1) verbal/linguistic, berupa kemampuan
memanfaatkan kata secara lisan dan tertulis;
(2) matematis/ logis, berupa kemampuan memanfaatkan
system angkadan konsep logis;
(3) spatial, berupa kemampuan melihat dan
memanfaatkan pola dan desain ruangan;
(4)musical, berupa kemampuan mengertidan
memanfaatkan konsep music seperti nada, irama dan keselarasan;
(5) kinestetis tubuh, berupa kemampuan
memanfaatkan tubuh dan gerakan;
(6) intrapersonal, berupa kemampuan memahami
pikiran, perasaan dan perilaku diri sendiri;
(7)
interpersonal, berupa kemampuan memahami orang lain, pikiran serta perasaan
mereka. Seorang creator dituntut kemampuannya untuk memanfaatkan ketujuh
potensi sesuai dengan konteks kondisi dan situasi yang dihadapi masing-masing.
Orang
yang mempunyai kreativitas mempunyai karya yang orisinil. Karyanya itu baik
yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat.
Konsep
dan pengembangan kreativitas Munandar, dalam Mayar (2010) bisa dilakukan dengan
bertitik tolak dengan pendekatan 4P yakni:
1)
Pribadi
Menekan
pada pemahaman bahwa anak adalah pribadi yang unik. Pendidikan haruslah
menghargai bakat dan minat khas dari setiap anak. Itu berati, anak perlu
kesempatan dan kebebasan mewujudkannya.
2)
Pendorong
Suatu
kondisi yang memungkinkan anak berperilaku kreatif. Tugas guru adalah
membimbing kegiatn tersebut, bukan mendiktenya atau memaksakan kehendaknya atau
anak harus membuat sesuatu sesuai dengan konsep orang dewasa. Seorang anak,
akan menggunakan dorongan kreatif dari akar yang mendalam, tidak mendapat
gangguan (diinterferensi ole dunia luar) maka ia yakin dengan bentuk ekspresi
diri sendiri. Anak yang dikekang atau
cara mengungkapkannya tidak dipaksakan menurut orang dewasa, maka anak itu
yakin kepada bentuk ekspresinya (tidak ragu-ragu menggunakan caranya sendiri)
3)
Proses
Lebih
menekankan pada pemahaman kemampuan anak menciptakan suatu yang baru, paling
tidak menemukan hubungan-hubungan jawaban antar unsur.
4)
Produk
Pada
anak yang masih dalm proses pertumbuhan, perlu mendapatkan penekanan jangan
menuntut produk kreativitas yang memenuhi standar tertentu, karena mengurangi
kenikmatan anak berkreasi. Anak TK yang
diharuskan mengikuti contoh gambar, mewarnai menurut contoh, menggunting
berdasarkan pola, produknya tidak bisa disebut hasil kreativitas.
Seiring
dengan itu,menurut Ayan, dalam Agung
(2010) mengemukakan, paling sedikit ada empat dasar pembentukan daya kreatif
yang disebutnya denagan CORE.
Unsur
pertama (C) mengacu pada makna
keingintahuan sebagai dasar untuk menimbulkan kreatif. Rasa ingin tahu
mendorong orang untuk menyelidiki sesuatu yang baru , mencari cara untuk
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, mengendalikan dorongan mencipta ataupun
bereksperimen.
Unsur kedua (O) adalah olah keterbukaan, yang disebut Jordan merupakan dasar
vital dalam pengembangan daya kreatif. Seseorang tidak akan memiliki daya
kreatif apabila hanya mau menerima keyakinan yang sudah baku, sehingga tidak
akan pernah merasa tertantang untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan
wawasannya. Orang kreatif bersifat terbuka terhadap gagasan /ide baru dan
bersikap positif untuk mencoba hal-hal baru yang ditemuinya.
Unsur ketiga (R)adalah risiko, yakni keberanian mengabil risiko terhadap
pengadopsian gagasan /ide ataupun hal-hal baru. Kreativitas baru muncul apabila
terdapat keberanian menanggung risiko, maka prestasi kreatif tidak akan pernah
terwujud.
Terakhir, unsur ke empat (E) mengacu pada pengertian energy sebagai pendorong kerja dan
pemacu hasrat. Tanpa adanya energy mental dan fisik, gagasan /ide kreatif tidak
akan berlangsung. Dengan energy yang besar, seseorang akan bergairah mengerjakan sesuatu dan semakin kreatif.
Sebaliknya, tanpa disertai dengan energy yang bersemangat, keseluruhan proses
kerja terasa seperti perjuangan berat,
kurang memiliki kepedulian terhadap hasil serta menurunkan daya kreativitas.
Meski
demikian, pihak lainnya berpendapat bahwa kreatifitas itu baru muncul apabila
dalam diri seseorang terdapat juga sifat kreatif. Seorang creator adalah pribadi
yang memiliki rambu-rambu dan sifat-sifat umum tertentu. Meski demikian sifat
kreatif tidak melulu di tentukan oleh sifat bawaan dan bakat semata, tetapi
dapat diperoleh melalui proses belajar, dipupuk dan dikembangkan oleh setiap
orang.
Menururt
Munandar, dalam Susanto (2011:118) ciri-ciri kreativitas yaitu:
(a) mempunyai daya imajinasi kuat;
(b) mempunyai inisiatif;
(c) mempunyai minat luas;
(d) mempunyai kebebasan dalam berpikir;
(e)
bersifat ingin tahu;
(f)
selalu ingin dapat pengalaman-pengalaman baru;
(g)
mempunyai kepercayaan diri yang kuat;
(h)
penuh semangat;
(i)
berani mengambil risiko;
(j)
berani berpendapat dan memiliki keyakinan.
Menururt
Munandar, dalam Susanto (2011:125) factor yang mendukung kreativitas adalah:
a. Menghargai
pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
b. Member
waktu pada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
c. Membiarkan
anak mengambil keputusan sendiri
d. Mendorong
kesulitan anak untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal
e. Meyakinkan
anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba di lakukan dan apa yang
dihasilkannya
f. Menunjang
dan mendorong kegiatan anak
g. Menikmati
keberadaannya bersama anak
h. Memberikan
pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
i.
Mendorong kemandirian
anak dalam bekerja
j.
Melatih hubungan
kerjasama yang baik dengan anak.
Sedangkan
factor penghambat kreativitas menurut Crople dalam Adhipura (Susanto, 2011:
126) adalah :
a. Penekanan
bahwa guru selalu benar
b. Penekanan
berlebihan pada hafalan
c. Penekanan
pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah
d. Penekanan
pada evaluasi eksternal
e. Penekanan
secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan
f. Perbedaan
secara kaku antara bekerja dan bermain dengan menekankan makna dan manfaat dari
bekerja, sedangkan bermain adalah sekedar untuk rekreasi.
2.
KREATIVITAS,
PERMAINAN DAN HASTA KARYA
Menurut
Musfiroh (2008), bermain mendorong anak
untuk berpikiran kreatif, karena didalam bermain anak memilih sendiri kegiatan
yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal, belajar
menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri, dan
belajar mengenali makna sosialisasi dan keberadaan diri diantara teman sebaya.
Di dalam bermain, anak terdorong untuk melihat, mempertanyakan sesuatu,
menemukan atau membuat jawaban, dan kemudian menguji jawaban dan pertanyaan
yang mereka buat sendiri. Ketika tidak dihalangi untuk melakukan hal-hal ini,
mereka terus melakukannya dan terus berusaha untuk mencapai yang lebih baik
lagi. Kreativitas akan terpupuk saat demi saat, tahap demi tahap.
Pengembangan
kreativitas pada anak melalui kegiatan hasta karya memiliki posisi penting
dalam berbagai aspek perkembangan anak. Tidak hanya kreativitas yang akn
terfasilitasi untuk berkembang dengan baik , tetapi juga kemampuan kognitif
anak. Dalam kegiatan hasta karya setiap anak akan menggunakan imajnasinya untuk
membenk suatu bangunan atau benda tertentu sesuai khayalannya. Setiap anak
bebas mengekspresikan kreativitasnya, sehingga hasilnya pun juga akan berbeda
antara anak yang satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya hasil karya ank yang
dibuat melalui aktivitas membuat, menyusun atau mengontruksi akan memberikan
kesempatan bagi anak untuk menciptakan benda-benda buatan mereka sendiri yang
belum pernah mereka temui, ataupun mereka membuat modifikasi dari benda-benda
yang telah ada sebelumnya. Apapun yang dibuat oleh anak akan membantu mereka
menjadi lebih kreatif dan semangat untuk menemukan sesuatu yang baru
(Rakimahwati,2009).
3.
MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS MELALUI MAINAN TRADISIONAL
Salah
satu cara untuk mengembangakan kreativitas anak adalah melalui permainan. Tidak
perlu membeli mainan dengan harga yang mahal, cukup dengan membuatnya sendiri,
dan itu bisa lebih meningkatkan kreativitas anak di banding permainan modern.
Berikut beberapa permainan tradisional yang dapat meningkatkan kreativitas anak
yang diambil dari buku karya Sitiatava Rizema Putra (2010):
a.Mainan Robot-Robotan
Mainan
robot memang telah banyak dijual di toko-toko mainan. Namun, mainan robot yang
satu ini berbeda dengan mainan robot-robot yang telah beredar dipasaran
(robot-robot modern). Apa bedanya?sebenarnya dari bahan dasar pembuatannya saja
sudah beda. Robot tersebut terbuat dari kemasan kardus, seperti kemasan sabun,
pasta gigi, lampu, dan lain-lain. Selain itu, robot ini juga terkesan unik dan
lucu karena merupakan hasil kreasi sendiri (bukan buatan pabrik).
Kelebihan
lainnya adalah mainan robot-robotan ini juga dapat membantu meningkatkan daya
kreativitas dan imajinasi anak. Orang tua/guru bisa membuatkan bagian-bagian
tertentu, serta meminta anak untuk merakitnya sendiri. Dengan teknik seperti
ini, selain anak bermain, ia juga telah melatih kemampuan imajinasi dan
kreativitasnya. Sehingga, robot yang dibuat merupakan manifestasi dari dalam
imajinasinya sendiri.
Boleh
jadi, mainan robot-robotan ini terkesan kuno, sederhana, dan tidak “gaul”. Akan
tetapi, mainan itu justru memiliki nilai edukatif yang lebih tinggi daripada
mainan serupa yang di jual di toko-toko mainan.
Adapun
bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat mainan robot-robotan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Kotak kemasan, seperti
kemasan sabun, pasta gigi, bola lampu dan lain sebagainya.
2.
Kertas warna.
3.
Lem.
4.
Gunting.
Untuk
membuat mainan ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1.
Kumpulkan terlebih
dahulu berbagai jenis bungkus ataupun kemasan, seperti sabun, pasta gigi, dan
kemasan yang berbentuk kotak lainnya.
2.
Bungkuslah tiap-tiap
kemasan dengan kertas warna, sebagaimana cara membungkus kado.
3.
Kemasan tersebut
dirangkai dengan cara menempelkan kemasan yang satu dengan kemasan yang lain
dengan menggunakan lem perekat, sehingga kemasan itu dapat menjadi kreasi yang
unik dan lucu. Dalam hal ini, kemasan tersebut bias dibuat menjadi mainan
robot-robotan.
b.
Batik
Celup
Batik
celup merupakan permainan yang ckup menarik. Selain bias mengasah kreativitas
anak, mainan ini juga sangat menghibur, terutama bagi anak perempuan. Di
sini,di ajarkan tentang cara membuat karya seni abstrak sambil bermain.
Bahan
dan alat:
1. Kertas
HVS putih
2. Pewarna
tekstil
3. Ember/wadah
4. Air
secukupnya
Cara
membuat:
1. Masukkan
2 liter air ke dalam ember.
2. Larutkan
1 sachet pewarna tekstil (± ½ sendok makan) ke dalam ember.
3. Aduklah
hingga warna bercampur rata dalam air.
4. Ambillah
kertas HVS putih.
5. Remaslah
kertas HVS itu dengan jari-jari hingga padat. Kemudian, bukalah kertas
tersebut.
6. Dengan
posisi yang agak kusut karena di remas, masukkan kertas ke dalam larutan air
pewarna. Kemudian aduklah air hingga pewarna merata.
7. Jemurlahkertas
di bawah terik matahari. Pada langkah ini, orang tua harus rela membiarkan
anak-anak berkotor-kotor ria ataupun berbasah-basah ria.
8. Perlu
diketahui bahwa meskipun mainan batik celup ini sangat sederhana dan tidak
membutuhkan ruang yang besar untuk memainkannya, namn mainan itu dapat
meningkatkan daya kreativitas anak. Adapun hasil dari batik celup tersebut bias
disimpan sebagai mainan anak ataupun hiasan dinding di kamarnya.
c. Mainan Boneka Kertas
Versi Jepang
Mainan
boneka dari jepang memang sangat terkenal. Boneka-boneka versi jepang banyak di
jual di pasaran. Dan, terbukti bahwa boneka-boneka tersebut sangat laris dan
paling digemari oleh anak-anak.
bahan
dan alat:
1. Kertas
karton
2. Kertas
kado
3. Kertas
warna
4. Stik
es krim
5. Pensil
warna atau spidol
Cara
membuat:
1. Potonglah
karton berbentuk persegi panjang.
2. Bungkuslah
dengan kertas kado.
3. Tempelkan
stik es krim di belakang karton, kemudian lapisilah dengan kertas kado sampai
membentuk lengan.
4. Buatlah
bagian kepalanya, lalu warnai rambutnya dengan spidol hitam. Dengan demikian,
boneka versi jepang dari kertas pun siap di mainkan.
d.
Boneka
kupu-kupu kertas
Boneka
kupu-kupu kertas sangat unik dan lucu. Selain itu bentuknya yang kecil di
tambah warna-warni indah pada kertas yang dipakai sebagai bahan dasarnya,
semakin menambah kecantikan mainan ini.
Bahan
dan alat:
a. Kertas
berwarna/lipat sesuai kebutuhan
b.Lem
c. Gunting
Cara
membuat:
a.
Buatlah pola sayap dan
badan kupu-kupu. Untuk membuatnya, diperlukan bantuan dan bimbingan orang tua.
Atau, jika anak sudah mampu membuat sendiri, maka akan lebih baik bila ia di
biarkan membuat dengan kreasinya sendiri.
b.
Guntinglah pola sayap
dan badan sesuai dengan yang telah dibuat.
c.
Tempelkan guntingan
pola tersebut pada kertas alas, kemudian biarkan anak member hiasan pada
kupu-kupu itudengan kreasinya sendiri.
d.
Dengan demikian,
kupu-kupu kertas kecil yang cantik nan mungil pun siap di mainkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung,
Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas
Pembelajaran bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni.
Mayar,
Farida dan Rivda Yetti. 2010. Bahan Ajar
Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP.
Musfiroh,
Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui
Bermain. Jakarta: Grasindo.
Putra,
Sitiatava Rizema. 2010. Membuat Sendiri
Ragam Mainan Tradisional Anak. Jogjakarta: FlashBooks.
Rakimahwati.
2009. Buku Ajar Pengembangan Kreativitas
Anak Usia Dini. Padang: UNP.
Susanto,
Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar