Semakin banyak negara menyadari bahwa
pendidikan yang berkualitas tidak semata sebagai pemenuhan hak warga
negara saja, namun juga sebagai investasi masa depan. Semakin baik
pendidikannya, maka akan semakin baik sumber daya manusianya. Akan
semakin tinggi pula daya saing negara yang bersangkutan. Atas dasar
pemikiran ini, semakin banyak negara berlomba-lomba menyelenggarakan
pendidikan terbaik untuk warga negaranya. Tidak hanya untuk pendidikan
dasar (setingkat SD, SMP dan SMA) dan perguruan tinggi, namun juga
pendidikan di usia dini (Playgoup dan Taman Kanak-kanak/TK).
Para ahli psikologi menyatakan bahwa masa usia dini (0-4 tahun) merupakan periode keemasan (golden age)
dalam proses perkembangan anak. Pada usia ini, anak-anak mengalami
lompatan kemajuan luar biasa baik secara fisiologis, psikis maupun
sosialnya, sehingga mereka sangat potensial untuk belajar apa saja. Pada
masa ini pula tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap untuk
distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara optimal di
kemudian hari.
Menurut Dr Benyamin S Bloom dalam Stability and Change in Human Characteristics,
sekitar 50% potensi inteligensi anak sudah terbentuk pada usia 4 tahun
dan mencapai 80% saat berusia 8 tahun dari total kecerdasan yang akan
dicapai pada usia 18 tahun. Berbagai penelitian ilmiah juga menunjukkan
bahwa usia 4 tahun pertama merupakan masa-masa paling menentukan dalam
membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa sesudahnya. Artinya,
jika pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal,
maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan teraktualisasikan secara
optimal (Sutaryati, 2006:10). Sementara menurut Hibana S.Rahman
(2005:5), anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada peningkatan prestasi
belajar, kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu
untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Pentingnya pendidikan sejak usia dini
(pendidikan anak usia dini/PAUD) semakin mendapat perhatian besar dari
pemerintah di banyak negara. Di Malaysia misalnya, partisipasi PAUD
telah mencapai 70%. Di Singapura, konon penguasaan bahasa Cina dan
Inggris sudah dapat diselesaikan di tingkat TK. Lee Kuan Yew, seorang
filosofi sekaligus mantan orang nomor satu di Singapura, di awal
perpisahan Singapura dan Malaysia, melakukan pemberdayaan sumber daya
manusia dengan membuka 350 TK. Yang diajarkan adalah karakter, bagaimana
kebersihan, disiplin. Social engineering. Tak sampai satu
generasi di tahun 1970-an, Singapura sudah menjadi negara yang tertib,
tempat yang menyenangkan dan menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
Kini, Singapura menjadi salah satu negara termaju dan paling tidak
korup di Asia dengan SDM yang sangat kompetitif.
Sementara itu di Amerika Serikat, sejak TK anak-anak telah diberi pendidikan mengenai entrepreneurship
atau kewirausahaan. Tak hanya sampai di sini, sejumlah negara juga
mengeluarkan kebijakan guna mendukung pendidikan yang optimal bagi
generasi mudanya bahkan sejak dalam kandungan dan usia 0 tahun. Seperti
tunjangan bagi ibu hamil dan menyusui agar anak-anak yang dikandung dan
disusui tidak kekurangan gizi. Ada pula negara yang memberi subsidi
kepada wanita karier yang mau mengambil cuti lebih lama agar dapat
menyusui bayinya secara eksklusif. Semua kebijakan itu tidak lain
bertujuan agar pendidikan bagi generasi penerus bangsa semakin optimal.
sumber :
Handayani, Ririn. 2010. http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/22/ketika-negara-negara-maju-berlomba-lomba-memajukan-sistem-pendidikannya-bagaimana-dengan-indonesia-124257.html