Jumat, 05 Desember 2014

Pendidikan Anak Usia Dini di Amerika Serikat


Individualisme rupanya mendapat tempat khusus di Amerika. Hal tersebut tampak dalam aktifitas belajar, bahkan pada masa prasekolah. Individualisme di sini lebih berupa penghargaan terhadap ragam minat atau potensi setiap anak. “children’s play is their work”, anak dalam satu kelas diberikan kebebasan untuk memilih jenis permainan yang mereka sukai. Beberapa anak akan terlihat sedang menggambar, bermain rumah-rumahan, sementara yang lainnya mendengarkan cerita yang disampaikan guru dengan suara keras.
Anak-anak diajarkan bahwa seseorang tidak bersalah sampai  terbukti bersalah. Guru akan campur tangan secara aktif dalam sebuah perselisihan yang terjadi dan akan mendorong anak untuk mengatasinya secara verbal. Anak-anak bisa saja dihukum atau diminta untuk meminta maaf, dan atau memperbaiki kesalahannya. Guru akan membantu anak-anak yang terlibat perselisihan atau pelanggaran untuk menjelaskan apa yang terjadi sebelum hukuman dijatuhkan.
Kemampuan berbahasa di tekankan melalui interaksi informal dengan guru dan melalui kegiatan kelompok terstruktur seperti menunjukan dan memberitahu latihan yang memungkinkan anak untuk menggambarkan pengalaman seperti orang orang dewasa.

sumber: http://www.titoyulianto.com/pendidikan-anak-usia-dini/

Pendidikan Anak Usia Dini di Swedia



Biaya sekolah disubsidi pemerintah, orang tua tidak perlu membayar lebih dari $170 (Rp 1,6 juta) per bulan. Dan ketika anak menginjak usia 4 tahun, mereka dijamin belajar di preschool 3 jam setiap hari gratis.
- Ruang Kelas. Gedung sekolah di Swedia biasanya satu lantai berwana kuning atau merah, dilengkapi dengan taman bermain, indoor gym, dapur untuk masing-masing kelas, dan banyak ruangan berjendela dalam dan pintu yang saling menghubungkan.
- Belajar Alami. Warga Swedia sangat peduli lingkungan dan konservasi alam. Anak-anak tidak hanya belajar tentang alam, mereka juga belajar di luar ruangan setiap hari, tidak peduli udara dingin atau salju. Sebisa mungkin, taman bermain memiliki unsur alam seperti batu untuk dipanjat atau pohon untuk bersembunyi.
- Persamaan Hak. Salah satu program prasekolah di Swedia adalah menghapus stereotip jender. Jangan heran jika anda melihat anak laki-laki menata meja makan sementara anak perempuan meratakan tanah.
- Lepas Sepatu. Demi menjaga kebersihan, semoa orang memakai alas kaki dalam ruangan. Anak-anak bisa mengenakan sandal atau sepatu kets sementara guru memakai birkenstocks atau klompen.
- Makanan. Murid prasekolah menyantap makan siang dalam sebuah meja bersama, dilengkapi lilin! tidak ada sereal manis. menu sarapan biasanya kaviar dengan mentega dan roti.
- Tradisi. Tidak heran orang swedia terkenal mahir memijat. Terkadang murid prasekolah diajarkan cara memijat sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap orang lain.

sumber: http://www.titoyulianto.com/pendidikan-anak-usia-dini/

Pendidikan Anak Usia Dini di China



China merupakan negara yang luas dan heterogen (tercatat 130 anak di bawah usia 7 tahun) sehingga pengelolaan prasekolah sangat bervariasi. Hampir semua anak yang tinggal di kota bersekolah sejak usia 3-5 tahun, tetapi secara nasional, jumlah anak yang bersekolah hanya 40 presen.
- Pemerataan. Pemerintah China berusaha memberikan akses pendidikan kepada anak yang tinggal di daerah pedesaan dengan menyediakan kelas prasekolah akhir pekan atau selama liburan, dan mobil karavan bagi anak pendeta.
- Pembentukan Karakter. Anak-anak mempelajari sekitar 200 huruf China, berhitung dengan angka di bawah 100, dan berbagai keterampilan seperti tata krama dan cara mencuci tangan. Para guru juga mengajarkan seni peran, melukis, menyanyi, dan menari.
- Udara Segar. Anak menghabiskan waktu 2-3 jam di luar ruangan setiap hari, mengikuti berbagai jenis permainan.
- Saya Lapar! Murid prasekolah di China punya ahli gizi yang menyiapkan makanan untuk semua anak.
- Baju Seragam. Semua murid mengenakan pakaian seragam berwarna senada saat pergi kunjungan lapangan atau mengikuti kegiatan olah raga.
- Menginap. Jika orang tua sibuk bekerja, beberapa anak tinggal di asrama prasekolah. Mereka pulang pada pertengahan dan akhri pekan.

sumber: http://www.titoyulianto.com/pendidikan-anak-usia-dini/ 

Pendidikan Anak Usia Dini di Argentina

http://www.titoyulianto.com/wp-content/uploads/2014/06/pendidikan-anak-usia-dini-di-argentina.jpg

Argentina menjadikan pendidikan anak usia dini sebagai prioritas: anak usia 5 tahun wajijb sekolah, dan para pendidik sedang meyakinkan bahwa manfaat sekolah sudah bisa dipetik oleh anak-anak usia 2, 3, dan 4 tahun. Anak yang tinggal di kota lebih banyak pergi ke sekolah sebelum usia 5 tahun dibandingkan mereka yang tinggal di pedesaan.
- Desa VS Kota. Pelajaran menjadi sangat bervariasi, tergantung sekolah. Sebuah sekolah miskin di pedesaan akan lebih fokus kepada kesehatan dan kebutuhan gizi. Sementara guru diperkotaan, punya lebih banyak waktu untuk membuat koran kelas, belajar bahasa inggris, atau berkebun.
- Nyanyian Pagi. Murid memulai hari dengan mengibarkan bendera Argentina dan menyanyikan lagu tertentu dan lagu kebangsaan versi anak kebutuhan khusus.
- Seragam Keren. Siswa prasekolah negeri mengenakan rompi biru atau pink dengna kantong di bagian depan dan kancing di belakang. Murid prasekolah swasta memakai seragam dua potong yang tampak seperti setelan olah raga.
- Menu Makanan. Untuk makan siang, anak disuguhi tiga jenis makanan, termasuk sup, nasi, dan daging, serta buah segar atau jeli. Tidak boleh makan junk food!
- Pembacaan Cerita. Anak-anak menyukai Federico, tokoh dalam serial ternama karya penulis Argentina, Graciela Montes. Federico wets his pants, says no, doesn’t share;. Frederico ada di mana-mana.
- Seni-seni. Murid prasekolah tidak hanya diberi berbagai proyek seni, mereka mempelajari karya senima besar seperti Miro, Matisse, atau Monet, dan mencoba menggambarkan atau melukiskan kembali dengan gaya mereka masing-masing.

sumber: http://www.titoyulianto.com/pendidikan-anak-usia-dini/ 

Pendidikan Anak Usia Dini di Kenya

 http://www.titoyulianto.com/wp-content/uploads/2014/06/pendidikan-anak-usia-dini-di-kenya.jpg

Komunitas masyarakat di negara Afrika Timur biasanya membangun dan mengelola sekolah sendiri. Tampilan sekolah di pedesaan umumnya sangat sederhana, berlantai tanah atau semen dengan sebuah papan tulis, meskipun sekolah di Nairobi dan pesisir pantai punya fasilitas modern.
 – Belajar Kelompok. Sebagian besar waktu sekolah dihabiskan memperhatikan guru menulis di papan tulis sambil sesekali menjawab pertanyaan. Meskipun persediaan kertas tidak mencukupi, guru berusaha mengajarkan baca tulis sebelum anak masuk SD.
- Sumbangan. Di wilayah miskin, orang tua ditarik sumbangan, seperti balok, mainan, dan papan belajar. Tutup botol digunakan dalam permainan berhitung.
- Relawan Kesehatan. Menteri kesehatan mengirim relawan ke preschool untuk memberi berbagai tes kesehatan, vitamin, konseling pencegahan AIDS, dan mengajarkan pengobatan diare kepada orang tua.
- Makanan. Persediaan makanan sangat tipis di berbagai daerah, sehingga tidak banyak variasi manakan untuk anak. Tapi beberapa sekolah menyewa koki yang kerap disapa Mama Uji (Uji adalah bubur yang disantap warga Kenya untuk sarapan).
- Kelelahan. Sebagian anak harus berjalan 3 mil untuk mencapai sekolah, dan tak jarang mereka harus bersembunyi dari binatang liar sepanjang perjalanan jika mereka tinggal di dekat area preservasi satwa.
- Program Susu. Tidak ada susu kotak, tapi anda bisa melihat seekor sapi yang dibeli orang tua demi menyediakan kebutuhan susu bagi anak setiap pagi.
sumber: http://www.titoyulianto.com/pendidikan-anak-usia-dini/

Pendidikan Anak Usia Dini di Finlandia

Finlandia adalah contoh lain negara yang sukses dalam bidang pendidikan bahkan menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia sekaligus negeri yang paling tidak korup di muka bumi ini. Sama halnya dengan Jepang, Finlandia tak hanya sukses mendidik anak-anak normal tapi juga unggul dalam pendidikan bagi anak-anak yang lemah mental atau berkebutuhan khusus. Pendek kata, Finlandia berhasil membuat seluruh anak didiknya cerdas, tak peduli yang normal atau yang lemah mental. Dari segi anggaran, anggaran pendidikan di Finlandia memang sedikit lebih tinggi dari negara lain, walau bukan yang tertinggi. Kegiatan sekolah juga hanya 30 jam per minggu. Kunci sukses pendidikan di Finlandia ternyata terletak pada kualitas gurunya. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Guru adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas lain seperti hukum atau kedokteran.

Pendidikan Anak Usia Dini di Jepang

         
Kita tentu mengenal dan mengakui banyak inovasi yang lahir dari negeri matahari terbit tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari sistem pendidikan yang berlaku. Seperti apakah cara belajar anak-anak prasekolah di sana?

          Sama halnya dengan Indonesia, Jepang menganut sistem sekolah 6-3-3-4 atau “jalur tunggal”, yang telah dimulai sejak pasca Perang Dunia II. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan pendidikan yang setara bagi setiap warga negara untuk bersekolah dasar, menengah, dan pendidikan tinggi tanpa diskriminasi dan sesuai dengan kemampuannya. Sistem 6-3-3-4 maksudnya adalah wajib belajar 6 tahun di sekolah dasar (syougakkou) dan 3 tahun di SMP (chuugakkou), kemudian diikuti oleh 3 tahun SMA dan 4 tahun di universitas. Dua yang terakhir tidak diwajibkan. Tidak ada ujian nasional untuk siswa lulus dari sekolah dasar, atau ujian masuk untuk masuk SMP. Sumber: www.sekolahku.info.
 

- Disiplin.  Disiplin tidak perlu diterapkan dengan kekerasan. Bahkan guru prasekolah di Jepang tidak pernah menghukum murid. Jika ada anak yang bertengkar, guru akan memanggil beberapa anak lain untuk melerai.
- Ruang Terbuka. Anak-anak sangat menyukai ruang terbuka. Banyak yang bisa dieksplor di sana. Di Jepang, bahkan dilingkungan yang padat sekalipun, di mana ada gedung sekolah, mesti ada ruang terbuka.
- Tata Krama. Tata krama merupakan budaya timur yang harus selalu dijaga dan diajarkan kepada anak sejak dini, baik di rumah ataupun di sekolah. Anak-anak prasekolah di Jepang juga diajarkan tata krama dimulai dari ucapan “Selamat pagi” dan “Sampai jumpa” kepada guru dan teman-temannya setiap hari.
Perayaan. Prasekolah di Jepang memiliki sejumlah festival dan acara untuk anak-anak. Salah satu acara yang cukup unik adalah market day. Anak-anak yang lebih dewasa akan berperan sebagai pedagang, dan yang lebih muda menjadi pembeli.
- Kotak Makanan. Anak-anak membawa kotak bento untuk makan siang. Makanan dikemas oleh orang tua dalam kotak plastik yang memiliki sekat untuk memisahkan nasi, ikan, dan sayuran. Agar lebih menarik, orang tua mereka mengemas tampilan secantik mungkin, seperti bentuk hewan atau kereta api, dan lain-lain.
- Ketua Kelas. Di Jepang, setiap anak akan bergantian memimpin kelas. Mengabsen, memberi aba-aba menyanyikan lagu, dan membagikan informasi.


sumber :
 Handayani, Ririn. 2010. http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/22/ketika-negara-negara-maju-berlomba-lomba-memajukan-sistem-pendidikannya-bagaimana-dengan-indonesia-124257.html