Sabtu, 20 Desember 2014

PERKEMBANGAN EMOSI



A.    Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas perkembangan emosi yang tinggi akibat perubhan fisik dan kelenjar di masa puber. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilku dan harapan social yang baru terhadap diriny. Meskipun emosi remaja serinkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional (Hurlock, 1980, h.213). pada usia remajaawal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif, yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi social, dan cenderung temperamenl. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a.       Pengertian PerkembanganEmosi
b.      Karakteristik Perkembangan Emosi
c.       Faktor -  faktor Mempengaruhi Perkembangan Emosi
d.      Pengaruh Perkembangan Emosi Terhadap Tingkah Laku
e.       Fungsi Perkembangan Emosi

C.    Tujuan Masalah
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang abanyak di pengaruhi oleh lingkungan dan temana – teman  dalam rangka menghindari hal – hal negatif yang dapatmerugikan dirinya dan orang lain. Maka dengan mengetahui perkembangan emosi guru dan orang tua dapar mengetahui bagaimana perkembangan emosi anaknya.




BAB II
PEMBAHASAN


PERKEMBANGAN EMOSI
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas perkembangan emosi yang tinggi akibat perubhan fisik dan kelenjar di masa puber. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilku dan harapan social yang baru terhadap diriny. Meskipun emosi remaja serinkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional (Hurlock, 1980, h.213). pada usia remajaawal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif, yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi social, dan cenderung temperamenl. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
Hurlock menyatakan (1980, h.213) pola emosi pada remaja sama dengan pola emosi ada masa kanak-kanak. Perbedaaanya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan khususnya pada pengendalian latihan indivdu terhadap ungkapan emosi mereka , misalnya perlakuan “anak kecil” membuat remaja sangat marah, dbandingakan dengan hal-hal lain. Remaja tidak lai mengungkapkan rasa amarahnya dengan cara yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu atau tidak mau berbicara. Ia tidak mengeluh atau menyesali diri seperti yang dilakukan anak-anak,. Namun terkadang dalam beberapa kasus seorang remaja juga dapat mengalami regresi yaitu bertingkah laku seperti anak kecil, minta perhatian dengan merajk atau marah-marah. Karena dengan tingahlakunya diharapkan orang lai akan menghiburnya atau lebih memperhatikannya.
1.      Pengertian  emosi
Prilaku kita sehari padanya umumnya diwarnai oleh, perasaan  tertentu, seperti senang atau tidak senang suka atau tidak suka, dan sedih atau gembira. Perasaan yang terlalu menyertai warna perbuatan – perbuatan kita sehari – hari disebut warna efektif. apabila warna efektif tersebut kuat perasaan seperti itu dinamakan emosi (Sarlito, 1983 : 59). Beberapa contoh emosi adalah gembira, cinta, marah, cemas, malu, kecewa, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Karena emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secarakualitatifberkelanjuta, tetapi tidak jelas batasnya.
Menurut Crow dan Crow (1958) pengertian emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan -  perubahan fisik
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan – perubahan pada fisik seperti:
a.       Reaksi, elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b.      Peredaran darah bertambah cepat bila terkejut
c.       Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d.      Bernafas panjang kalau kecewa
e.       Pupil mata membesar bila marah
f.       Air liur mengering bila takut
g.      Bulu roma berdiri bila takut
h.      Pencernaan menjadi sakit
2.      Karakteristik perkembangan emosi
Berikut ini akan diuraikan beberapa kondisi emosional pada remaja, seperti cinta / kasih sayang , gembira , kemarahan, dan permusuhan, ketakutan dan kecemasan.
a.       Cinta / kasih sayang
Ciri yang menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk mencintai dan di cintai orang lain. Kapasitas untuk  menerima rasa cinta. Remaja tidak dapat bahagia tanpa mendapatkan cinta kasih dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting walaupun kebutuhan – kebutuhan terhadap perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang memberontak secara terang – terangan, nakal, radikal, dan menunjukkan sikap bermusuhan umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan kasih sayang dari orang dewasa.  karena itu, orang tua dan guru perlu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka dengan sebaik – baiknya.

b.      Perasaan gembira
Orang umumnya dapat mengingat kembali pengalamn – pengalaman yang menyenangkan  yang pernah dialami selama masa remaja. Rasa gembira muncul apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan menyenangkan. Remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila cintanya diterima oleh yang dicintai. Perasaan gembira inilah yang mendorong mereka menjadi giat dan bersemangat dalam kehidupannya.
c.       Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting di anatara – antara emosi – emosi yang memainkan peranan menonjol dalam perkembangan kepribadian remaja. Kita ketahui bahwa yang dicintai dan mencintai adalah gejala emosi yang sangat penting bagi kepribadian yang sehat. Namun, rasa marah juga penting dalam kehidupan karena dapat meningkatkan keberaniandan kepercayaan diri. Banyaknya hamabatan yang menyebabkan kehilanagan kendali terhadap rasa marah, berpengaruh terhadap kehidupan emosional remaja. Rasa marah ini akan terus berlanjut jika keinginan, harapan, minat, dan rencananya tidak dapat terpenuhi.
Untuk memahami remaja, ada empat hal yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah :
§  Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk menjadi dirinya sendiri
§  Ketika individu mencapai masa remaja, dia tidaka hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap – sikap yang menunjukkan ada sisa kemarahan  masa lalu dalam  bentuk permusuahan
§  Sering perasaan marah sengaja disembunyikan dan dalam bentuk yang samar – samar
§  Pengaruh kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri

d.      Ketakutan dan kecemburuan
Remaja umumnya merasa takut hanya pada kejadian – kejadian yang berbahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang – ulang dalam kehidupan sehari – harinya
Biehler (1972)  membagi ciri – ciri emosional ramaja dalam rentang usia, yaitu usia 12 – 15 dan usia 15 – 18 tahun
§  Usia 12 – 15
·         Cenderung bersikap pemurung
·         Dakalanya berprilaku kasar dan menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
·         Ledakan – ledakan kemarahan sering kali terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis
·         Cenderung berprilaku tidak toleran terhadap orang lain
·         Mengamati orang tua dan guru – guru secara lebih objektif dan mungkin marah apabila tertipu oleh gaya guru yang bersikap serba tahu ( mahatahu)
§  Usia 15 – 18 tahun
·         Sering memberontak
·         Banyak orang tua mengalami konflik dengan orang tuanya.
·         Sering melamun memikirkan masa depan

3.       Faktor – faktor mempengaruhi perkembangan emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukan bahwa perkembagan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar ( harlock, 1960 : 266). Kematangan danberjalan nterjalin eret satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Kegitan belajar turut menunjang perkambangan emosi remaja. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi  antara lain:
a.       Belajar dengan coba – coba
Anak belajara dengan coba – coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan sedikit. Cara belajar ini lebuh umum digunakan pada masa remaja awal dibanding sesudahnya



b.      belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal – hal yang membangkitkan emosi orang lain, remaja bereaksi dengan emosi dan metode ekpresinya yang sama dengan orang – orang yang diamatinya
c.       belajar dengan cara memperamakan diri
Anak menirukan reaksi orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangannya yang telah membangkitkan emosi yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikaguminyadan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya
d.      Belajar dengan cara pengodisian
Dengan metode  ini objek, situasi yang mulanya  gagal memancing reaksiemosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengodisian terjadi sangat mudah dan cepat pada tahun – tahun awal kehidupan.
e.       Belajar dibawah bimbingan
Banyak kondisi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perlembangan remaja dalam hubungan nya dengan orang lain yang perubahan – perubahan untuk menyatakan emosinya. Orang tua dan guru hendaknya menyadari perubahan  ekspresi ini karena tidak berarti emosi tidak lagi berperan dalam kehidupannya mereka. Ia tetap membutuhkan perangsang – perangsang yang memadai untuk pengembangan pengalaman – pengalamanemosionalnya.

4.      Pengaruh emosi terhadap tingkah laku
Perasaan takut tau marah dapar menyebabkan seseorang menjadi gemaetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, alairan darah/ tekanan darah deras sehingga  sistem pencernaan terganggu. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi.
Diantara rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelaenjar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan – ketakutan yang akaut. Kegembiraan yang berlebihan, kecemasan dan kekhawatiran menyebabkan menurunya kegiatan sistem pencernaan dan kadang – kadang menyebabkan sembelit.
Ganguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Ketegangan emosional  yang cukup lama juga dapat menyebabkan seseorang gagap.
Perilaku ketakutan atau malu – malu dapat disebabkan oleh ketegangan emosi atau prustasi. Karena reaksi kita berbeda beda terhadap setiap orang yang kita jumpai maka akan timbul emosi tertentu.
Dengan demikian, ganguan emosional dan frustasi Mempengaruhi efektifitas belajar  seseorang. Seorang anak disekolah akan belajar lebih giat dan efektif bila ia termotivasi. Selanjutnya, ia akan engembangakan usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari.
5.      Fungsi perkembangan emosi
Seringkali orang beranggapan bahwa emosi remaja cenderung menimbulkan hal-hal negative, namun jika ditinjau lebih lanjut ternyata memiliki beberapa fungsi penting. Empat fungsi emosi  (Coleman dan Hammen, 1974, h.462)
  1. Pembangkit energi
Emosi dapat membangkitkan dan memobilisasi energy kita. Tanpa emosi kita tidak akan dapat merasa, mengalami, bereaksi, dan bertindak terhadap berbagai situasi yang kita hadapi.
2.      Pembawa informasi
Kita dapat mengetahui bagaimana keadaan diri kita melalui emosi kita. Ketika marah, kita tahu kita dihambat atau diganggu; sedih berarti kehilangan sesuatu yang kita senangi; bahagia berarti kita memperoleh apa yang kita senangi atau berhasil menghindari hal yang tidak kita senangi
3.      Pembawa pesan dalam komunikasi
Komunikasi dengan orang lain dapat berlangsung dengan baik jika masing-masing pihak mampu mempelajari dan memahami bahasa tubuh lawan bicara sebagai ekspresi emosi.
4.      sumber informasi tentang keberhasilan kita
Keberhasilan kita dalam mencapai sesuatu dapat kita ekspresikan dengan rasa senang atau gembira. Sedang kegagalan dapat kita ungkapkan dengan kesedihan.
Mencapai kematangan emosi merupakan yugas-tugas perkembangan yang cukup sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutamma lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apalagi lingkungan tersebut cukup kondusif dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosi. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami pesan-pesannya dan mendapatkan perhatian yang tidak sesuai dari orang tua adan dukungan teman sebaya, mereka cenderung aan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional
Kematangan emosi pada remaja dapat dilihat dari :
  1. Tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain, tetapi menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengngkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima.
  2. Remaja mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional
  3. Memberikan emosi yang stabil, tidak berubah dari satu emosi/suasaba hati ke suasana hati yang lain.
Untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang  situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional dengan cara terbuka terhadap perasaan dan masalanya pada orang lain. Selain itu remaja juga harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.
Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lau. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari dsering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresi, rasa takut berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri. Sejumlah factor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut :
1.      Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perbahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perbahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat.
2.      Perubahan pola interaksi dengan orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada pula yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengarh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
Pemberontakan terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Mereka tidak merasa puas kalau tidak pernah sama sekali menunjukkan perlawanan terhadap orang tua karena ingin menunjukkan seberapa jauh dirinya telah berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam perlawanan terhadap orang tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum merasa puas karena orang tua tidak menunjukkan pengertian yang merekainginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi remaja.
3.      Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivits bersama dengan embentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yakni untuk memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok geng itu ketika sudah memasuki masa remaja tengah dan remaja akhir. Pada masa ini para anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas atau melakukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan kejahatan bersama.
Factor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah, biasanya remaja benr-benar mulai jatuh cinta dengan lawan jenisnya. Gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang juga menimbulkan konflik atau gengguan emosi pada remaja jika tidak diikuti bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak jarang orang tua justru merasa tidak gembira atau bahkan cemas ketika anak remajanya jatuh cinta. Gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.
4.      Perubahan pandangan luar
Faktor penting yang dapat memperngaruhi perembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut :
a.       Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan dalam diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
  1. Dunia luar atau masyarakat masih menetapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan remaja perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat popular dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putrid memiliki banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja beringkahlaku emosional.
  2. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak beranggung jawab, yaitu denagn cara melibatkan remaja tersebut kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar niali-nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman keras, serta tindak criminal dn kekerasan. Perlakuan dunia luar semacam ini akan sangat merugikan perkembangan emosional remaja.
  3. Perubahan interaksi dengan sekolah
Pada masa kanak-kanak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka, karena selain tokoh intelektual, guru juga meruakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orangtuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategisbila digunakan untuk pengembangan emosi anak melaui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
Namun demikian, tidak jarang terjadi bahwa mereka figure sebagai tokoh tersebut, guru memberikan ancaman-ancaman tertentu kepada para peserta didiknya. Peristiwa semacam ini sering tidak disadari oleh para guru bahwa dengan ancaman-ancaman itu sebenrnya dapat menambah permusuhan saja dari anak-anak setelah mereka menginjak masa remaja. Cara-cara seperti ini akan memberikan stimulusnnegatif bagi perkembangan emosi anak.
Dalam pembaran, para remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima atau yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat itu, timbullah idealisme untuk mengubah lingkungannya. Idealisme seperti ini tentunya tidak boleh diremehkan dengan anggapan bahwa semuanya akan muncul jka mereka sudah dewasa. Sebab, idealism yang dikecewakan dapat berkembang menjadi tingkah laku emosional yang destruktif. Sebaliknya, kalau remaja berhasil diberikan penyaluran yang positif untuk mengembangkan idealismenya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan mereka sampai memasuki masa dewasa.


DAFTAR PUSTAKA


Fatimah, enung.2006.psikologi perkembangan.bandung:pustaka setia
Jahya,yudrik.2012.psikologi perkembangan.jakarta:kencana
Santrock,john w.2007.perkembangan anak.jakarta:erlangga
http://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2013/01/19/teori-perkembangan-emosional-remaja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar