A.
Latar
Belakang Masalah
Masa remaja merupakan puncak
emosionalitas perkembangan emosi yang tinggi akibat perubhan fisik dan kelenjar
di masa puber. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi sebagai konsekuensi
dari usaha penyesuaian diri pada pola perilku dan harapan social yang baru
terhadap diriny. Meskipun emosi remaja serinkali sangat kuat, tidak terkendali
dan tampaknya irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi
perbaikan perilaku emosional (Hurlock, 1980, h.213). pada usia remajaawal,
perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif, yang sangat
kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi social, dan cenderung
temperamenl. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Pengertian
PerkembanganEmosi
b. Karakteristik
Perkembangan Emosi
c. Faktor
- faktor Mempengaruhi Perkembangan Emosi
d. Pengaruh
Perkembangan Emosi Terhadap Tingkah Laku
e. Fungsi
Perkembangan Emosi
C.
Tujuan
Masalah
Mengingat bahwa masa remaja merupakan
masa yang abanyak di pengaruhi oleh lingkungan dan temana – teman dalam rangka menghindari hal – hal negatif
yang dapatmerugikan dirinya dan orang lain. Maka dengan mengetahui perkembangan
emosi guru dan orang tua dapar mengetahui bagaimana perkembangan emosi anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN EMOSI
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas perkembangan
emosi yang tinggi akibat perubhan fisik dan kelenjar di masa puber. Sebagian
besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha
penyesuaian diri pada pola perilku dan harapan social yang baru terhadap
diriny. Meskipun emosi remaja serinkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya
irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku
emosional (Hurlock, 1980, h.213). pada usia remajaawal, perkembangan emosinya
menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif, yang sangat kuat terhadap
berbagai peristiwa atau situasi social, dan cenderung temperamenl. Sedangkan
remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
Hurlock menyatakan (1980, h.213) pola emosi pada remaja sama
dengan pola emosi ada masa kanak-kanak. Perbedaaanya terletak pada rangsangan
yang membangkitkan emosi dan khususnya pada pengendalian latihan indivdu
terhadap ungkapan emosi mereka , misalnya perlakuan “anak kecil” membuat remaja
sangat marah, dbandingakan dengan hal-hal lain. Remaja tidak lai mengungkapkan
rasa amarahnya dengan cara yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu atau
tidak mau berbicara. Ia tidak mengeluh atau menyesali diri seperti yang
dilakukan anak-anak,. Namun terkadang dalam beberapa kasus seorang remaja juga
dapat mengalami regresi yaitu bertingkah laku seperti anak kecil, minta
perhatian dengan merajk atau marah-marah. Karena dengan tingahlakunya
diharapkan orang lai akan menghiburnya atau lebih memperhatikannya.
1.
Pengertian emosi
Prilaku
kita sehari padanya umumnya diwarnai oleh, perasaan tertentu, seperti senang atau tidak senang
suka atau tidak suka, dan sedih atau gembira. Perasaan yang terlalu menyertai
warna perbuatan – perbuatan kita sehari – hari disebut warna efektif. apabila
warna efektif tersebut kuat perasaan seperti itu dinamakan emosi (Sarlito, 1983
: 59). Beberapa contoh emosi adalah gembira, cinta, marah, cemas, malu, kecewa,
dan benci.
Emosi
dan perasaan adalah adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya
tidak dapat dinyatakan secara tegas. Karena emosi dan perasaan merupakan gejala
emosional yang secarakualitatifberkelanjuta, tetapi tidak jelas batasnya.
Menurut
Crow dan Crow (1958) pengertian emosi adalah warna efektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan - perubahan
fisik
Pada
saat emosi, sering terjadi perubahan – perubahan pada fisik seperti:
a. Reaksi,
elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b. Peredaran
darah bertambah cepat bila terkejut
c. Denyut
jantung bertambah cepat bila terkejut
d. Bernafas
panjang kalau kecewa
e. Pupil
mata membesar bila marah
f. Air
liur mengering bila takut
g. Bulu
roma berdiri bila takut
h. Pencernaan
menjadi sakit
2.
Karakteristik
perkembangan emosi
Berikut
ini akan diuraikan beberapa kondisi emosional pada remaja, seperti cinta /
kasih sayang , gembira , kemarahan, dan permusuhan, ketakutan dan kecemasan.
a. Cinta
/ kasih sayang
Ciri
yang menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk mencintai dan
di cintai orang lain. Kapasitas untuk
menerima rasa cinta. Remaja tidak dapat bahagia tanpa mendapatkan cinta
kasih dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi
sangat penting walaupun kebutuhan – kebutuhan terhadap perasaan itu
disembunyikan secara rapi. Para remaja yang memberontak secara terang –
terangan, nakal, radikal, dan menunjukkan sikap bermusuhan umumnya disebabkan
oleh kurangnya rasa cinta dan kasih sayang dari orang dewasa. karena itu, orang tua dan guru perlu
memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka dengan sebaik – baiknya.
b. Perasaan
gembira
Orang
umumnya dapat mengingat kembali pengalamn – pengalaman yang menyenangkan yang pernah dialami selama masa remaja. Rasa
gembira muncul apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan
menyenangkan. Remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai
seorang sahabat atau bila cintanya diterima oleh yang dicintai. Perasaan
gembira inilah yang mendorong mereka menjadi giat dan bersemangat dalam
kehidupannya.
c. Kemarahan
dan permusuhan
Rasa
marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting di anatara –
antara emosi – emosi yang memainkan peranan menonjol dalam perkembangan
kepribadian remaja. Kita ketahui bahwa yang dicintai dan mencintai adalah
gejala emosi yang sangat penting bagi kepribadian yang sehat. Namun, rasa marah
juga penting dalam kehidupan karena dapat meningkatkan keberaniandan kepercayaan
diri. Banyaknya hamabatan yang menyebabkan kehilanagan kendali terhadap rasa
marah, berpengaruh terhadap kehidupan emosional remaja. Rasa marah ini akan
terus berlanjut jika keinginan, harapan, minat, dan rencananya tidak dapat
terpenuhi.
Untuk
memahami remaja, ada empat hal yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah
:
§ Adanya
kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk menjadi
dirinya sendiri
§ Ketika
individu mencapai masa remaja, dia tidaka hanya merupakan subjek kemarahan yang
berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap – sikap yang
menunjukkan ada sisa kemarahan masa lalu
dalam bentuk permusuahan
§ Sering
perasaan marah sengaja disembunyikan dan dalam bentuk yang samar – samar
§ Pengaruh
kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri
d. Ketakutan
dan kecemburuan
Remaja umumnya merasa takut hanya pada
kejadian – kejadian yang berbahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara
berulang – ulang dalam kehidupan sehari – harinya
Biehler (1972) membagi ciri – ciri emosional ramaja dalam
rentang usia, yaitu usia 12 – 15 dan usia 15 – 18 tahun
§ Usia
12 – 15
·
Cenderung bersikap pemurung
·
Dakalanya berprilaku kasar dan menutupi
kekurangan dalam hal rasa percaya diri
·
Ledakan – ledakan kemarahan sering kali
terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis
·
Cenderung berprilaku tidak toleran
terhadap orang lain
·
Mengamati orang tua dan guru – guru
secara lebih objektif dan mungkin marah apabila tertipu oleh gaya guru yang
bersikap serba tahu ( mahatahu)
§ Usia
15 – 18 tahun
·
Sering memberontak
·
Banyak orang tua mengalami konflik
dengan orang tuanya.
·
Sering melamun memikirkan masa depan
3.
Faktor – faktor mempengaruhi perkembangan
emosi
Sejumlah
penelitian tentang emosi menunjukan bahwa perkembagan emosi remaja sangat
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar ( harlock, 1960 : 266).
Kematangan danberjalan nterjalin eret satu sama lain dalam mempengaruhi
perkembangan emosi.
Kegitan
belajar turut menunjang perkambangan emosi remaja. Metode belajar yang
menunjang perkembangan emosi antara
lain:
a. Belajar
dengan coba – coba
Anak belajara dengan coba – coba untuk
mengekspresikan emosinya dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.
Cara belajar ini lebuh umum digunakan pada masa remaja awal dibanding
sesudahnya
b. belajar
dengan cara meniru
Dengan
cara meniru dan mengamati hal – hal yang membangkitkan emosi orang lain, remaja
bereaksi dengan emosi dan metode ekpresinya yang sama dengan orang – orang yang
diamatinya
c. belajar
dengan cara memperamakan diri
Anak menirukan reaksi orang lain yang
tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangannya yang telah
membangkitkan emosi yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang
dikaguminyadan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya
d. Belajar
dengan cara pengodisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksiemosional kemudian
berhasil dengan cara asosiasi. Pengodisian terjadi sangat mudah dan cepat pada
tahun – tahun awal kehidupan.
e. Belajar
dibawah bimbingan
Banyak
kondisi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perlembangan remaja dalam
hubungan nya dengan orang lain yang perubahan – perubahan untuk menyatakan
emosinya. Orang tua dan guru hendaknya menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti emosi tidak
lagi berperan dalam kehidupannya mereka. Ia tetap membutuhkan perangsang –
perangsang yang memadai untuk pengembangan pengalaman – pengalamanemosionalnya.
4.
Pengaruh
emosi terhadap tingkah laku
Perasaan
takut tau marah dapar menyebabkan seseorang menjadi gemaetar. Dalam ketakutan,
mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, alairan darah/ tekanan darah
deras sehingga sistem pencernaan
terganggu. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan
emosi.
Diantara
rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelaenjar sekresi dari getah lambung
adalah ketakutan – ketakutan yang akaut. Kegembiraan yang berlebihan, kecemasan
dan kekhawatiran menyebabkan menurunya kegiatan sistem pencernaan dan kadang –
kadang menyebabkan sembelit.
Ganguan
emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Ketegangan
emosional yang cukup lama juga dapat
menyebabkan seseorang gagap.
Perilaku
ketakutan atau malu – malu dapat disebabkan oleh ketegangan emosi atau
prustasi. Karena reaksi kita berbeda beda terhadap setiap orang yang kita
jumpai maka akan timbul emosi tertentu.
Dengan
demikian, ganguan emosional dan frustasi Mempengaruhi efektifitas belajar seseorang. Seorang anak disekolah akan belajar
lebih giat dan efektif bila ia termotivasi. Selanjutnya, ia akan engembangakan
usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari.
5.
Fungsi
perkembangan emosi
Seringkali orang beranggapan bahwa
emosi remaja cenderung menimbulkan hal-hal negative, namun jika ditinjau lebih
lanjut ternyata memiliki beberapa fungsi penting. Empat fungsi emosi
(Coleman dan Hammen, 1974, h.462)
- Pembangkit energi
Emosi dapat membangkitkan dan
memobilisasi energy kita. Tanpa emosi kita tidak akan dapat merasa, mengalami,
bereaksi, dan bertindak terhadap berbagai situasi yang kita hadapi.
2. Pembawa informasi
Kita dapat mengetahui bagaimana
keadaan diri kita melalui emosi kita. Ketika marah, kita tahu kita dihambat
atau diganggu; sedih berarti kehilangan sesuatu yang kita senangi; bahagia
berarti kita memperoleh apa yang kita senangi atau berhasil menghindari hal
yang tidak kita senangi
3. Pembawa pesan dalam komunikasi
Komunikasi dengan orang lain dapat
berlangsung dengan baik jika masing-masing pihak mampu mempelajari dan memahami
bahasa tubuh lawan bicara sebagai ekspresi emosi.
4. sumber informasi tentang
keberhasilan kita
Keberhasilan kita dalam mencapai
sesuatu dapat kita ekspresikan dengan rasa senang atau gembira. Sedang
kegagalan dapat kita ungkapkan dengan kesedihan.
Mencapai kematangan emosi merupakan yugas-tugas perkembangan
yang cukup sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutamma lingkungan keluarga dan
kelompok teman sebaya. Apalagi lingkungan tersebut cukup kondusif dalam arti
kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling
menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai
kematangan emosi. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami
pesan-pesannya dan mendapatkan perhatian yang tidak sesuai dari orang tua adan
dukungan teman sebaya, mereka cenderung aan mengalami kecemasan, perasaan
tertekan atau ketidaknyamanan emosional
Kematangan emosi pada remaja dapat dilihat dari :
- Tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain, tetapi menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengngkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima.
- Remaja mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional
- Memberikan emosi yang stabil, tidak berubah dari satu emosi/suasaba hati ke suasana hati yang lain.
Untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar
memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi
emosional dengan cara terbuka terhadap perasaan dan masalanya pada orang lain.
Selain itu remaja juga harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk
menyalurkan emosinya. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah latihan fisik
yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.
Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada
perubahan tingkah lau. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas
atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada
tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan
sehari-hari dsering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya
agresi, rasa takut berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri,
seperti melukai diri sendiri. Sejumlah factor yang mempengaruhi perkembangan
emosi remaja adalah sebagai berikut :
1. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbhan
yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini
hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh
menjadi seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang
tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat
menerima perbahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perbahan tersebut
menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat.
2. Perubahan pola interaksi dengan
orang tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat
bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh
dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh
tak acuh, tetapi ada pula yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh
orang tua seperti ini dapat berpengarh terhadap perbedaan perkembangan emosi
remaja.
Pemberontakan terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka berada
dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Mereka tidak
merasa puas kalau tidak pernah sama sekali menunjukkan perlawanan terhadap
orang tua karena ingin menunjukkan seberapa jauh dirinya telah berhasil menjadi
orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam perlawanan terhadap orang
tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum merasa puas karena orang tua tidak
menunjukkan pengertian yang merekainginkan. Keadaan semacam ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan emosi remaja.
3. Perubahan interaksi dengan teman
sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya
secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivits bersama dengan
embentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya
sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi
pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yakni untuk
memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan
kelompok geng itu ketika sudah memasuki masa remaja tengah dan remaja akhir.
Pada masa ini para anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan
otoritas atau melakukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan kejahatan
bersama.
Factor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini
adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah,
biasanya remaja benr-benar mulai jatuh cinta dengan lawan jenisnya. Gejala ini
sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang juga menimbulkan konflik atau
gengguan emosi pada remaja jika tidak diikuti bimbingan dari orang tua atau
orang yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak jarang orang tua justru merasa
tidak gembira atau bahkan cemas ketika anak remajanya jatuh cinta. Gangguan
emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau
karena pemutusan hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat menimbulkan
kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.
4. Perubahan pandangan luar
Faktor penting yang dapat memperngaruhi perembangan emosi
remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri
adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pandangan dunia
luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu
sebagai berikut :
a. Sikap dunia luar terhadap remaja
sering tidak konsisten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi
mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.
Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan
dalam diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku
emosional.
- Dunia luar atau masyarakat masih menetapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan remaja perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat popular dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putrid memiliki banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja beringkahlaku emosional.
- Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak beranggung jawab, yaitu denagn cara melibatkan remaja tersebut kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar niali-nilai moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman keras, serta tindak criminal dn kekerasan. Perlakuan dunia luar semacam ini akan sangat merugikan perkembangan emosional remaja.
- Perubahan interaksi dengan sekolah
Pada masa kanak-kanak, sebelum menginjak masa remaja,
sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru
merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka, karena selain tokoh
intelektual, guru juga meruakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh
karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih
takut kepada guru daripada kepada orangtuanya. Posisi guru semacam ini sangat
strategisbila digunakan untuk pengembangan emosi anak melaui penyampaian
materi-materi yang positif dan konstruktif.
Namun demikian, tidak jarang terjadi bahwa mereka figure
sebagai tokoh tersebut, guru memberikan ancaman-ancaman tertentu kepada para
peserta didiknya. Peristiwa semacam ini sering tidak disadari oleh para guru
bahwa dengan ancaman-ancaman itu sebenrnya dapat menambah permusuhan saja dari
anak-anak setelah mereka menginjak masa remaja. Cara-cara seperti ini akan
memberikan stimulusnnegatif bagi perkembangan emosi anak.
Dalam pembaran, para remaja sering terbentur pada
nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima atau yang sama sekali bertentangan
dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat itu, timbullah idealisme
untuk mengubah lingkungannya. Idealisme seperti ini tentunya tidak boleh
diremehkan dengan anggapan bahwa semuanya akan muncul jka mereka sudah dewasa.
Sebab, idealism yang dikecewakan dapat berkembang menjadi tingkah laku emosional
yang destruktif. Sebaliknya, kalau remaja berhasil diberikan penyaluran yang
positif untuk mengembangkan idealismenya akan sangat bermanfaat bagi
perkembangan mereka sampai memasuki masa dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, enung.2006.psikologi
perkembangan.bandung:pustaka setia
Jahya,yudrik.2012.psikologi perkembangan.jakarta:kencana
Santrock,john w.2007.perkembangan
anak.jakarta:erlangga
http://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2013/01/19/teori-perkembangan-emosional-remaja/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar