Perkembangan
dan permerolehan bahasa seorang anak apapun bahasa yang di pelejari akan mengalami proses yang sama.
Tahap perkembangan bahasa anak akan mengalami tahap-tahap tertentu mulai dari
anak di lahirkan. Desmita mengatakan bahwa sejak
lahir anak telah memiliki kesiapan dan kemampuan untuk mempelajari bahasa
dengan sendirinya. Ini merupakan
naluri dan anugrah alamiah yang di berikan oleh sang pencipta pada anak yang
baru di lahirkan. Manusia tidak melakukan banyak usaha untuk mampu
berbicara namun dia akan belajar untuk berbicara dengan sendirinya secara terus
menerus. Seorang anak yang memiliki ayah dan ibu yang beda bahasa, akan
menguasai dua bahasa.
Menurut
ahli perkembangan bahasa Lennerberg, pemerolehan
bahasa tumbuh sejajar dengan pertumbuhan biologis anak. Oleh karena itu,
pemerolehan bahasa tidak bisa di percepat ataupun di paksakan. Anak tidak dapat
di paksakan untuk menguasai suatu bahasa dalam waktu yang singkat. Dengan kata
lain perkembangan bahasa membutuhkan proses yang berkesinambungan.
Anak-anak
menguasai aturan-aturan dan prosedur-prosedur linguistic yang kompleks dengan
waktu yang sangat singkat. Mereka tampaknya menguasai sebagian besar
seluk-beluk gramatika pada usia enam tahun atau lebih, dan sisanya pada masa
remaja. Ini bukan berarti mereka menyadari keberadaan aturan-aturan gramatika,
bahkan Chomsky sendiri masih harus berusaha membuatnya eksplisit. Namun, mereka
berhasil menguasai pengetahuan ini pada tingkata intuitif. Mereka belajar
dengan cepat aturan-aturan bahasa mereka sendiri – dan, jika di butuhkan,
bahasa kedua juga. Sudah menjadi pemandangan umum, kata Chomsky, bahwa
anak-anak kecil dari orang tua imigran bisa mempelajari bahasa kedua di
jalanan, dari anak-anak lain, dengan kecepatan yang menakjubkan, sehingga anak
baru akan berbicara dengan bahasa setempat semahir anak-anak lokal (Crain,
2007).
Anak
mengalami proses laterasasi di mulai pada 0-5 tahun dan menurut Lennerberg
proses lateralisasi adalah proses berfungsinya bagian-bagian otak manusia
secara fungsional. Maksan mengatakan bahwa pemeroehan bahasa pertama
berlangsung secara informal dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dan
bahasa asing bagi seorang anak dapat di lalui dengan proses pembelajaran
bahasa. Chomssky mengatakan bahwa proses
pemerolehan bahasa pada anak di seluruh dunia memiliki tahap-tahap yang sama.
Chomssky juga setuju bahwa tidak ada
korelasi antara pemerolehan bahasa anak dengan tingkat kecerdasan anak.
Anak
usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara
mengagumkan. (Owens dalam papalia et al., 1990) mengemukakan bahwa anak usia
tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan. Mereka sering mengulangi
kosa kata yang baru dan unik sekalipun mungkin belum memahami artinya. Dalam
mengembangkan kosa kata tersebut, anak menggunakan fast mapping yaitu suatu proses diman anak menyerap arti
kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada masa
kanak-kanak awal inilah anak mulai mengombinasikan suku kata menjadi kata, dan
kata menjadi kalimat. Anak usia 4- 5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000
kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam 1 kalimat yang dapat
berbentuk kalimat pertanyaan, negative, Tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun
sudah mulai dapat menggunakn kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada
usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang diman kosda kata yang
digunakan lebih banyak dan rumit. (Yulsyofriend,2010).
Anak
usia 5 tahun telah menguasai lebih dari 8000 kata produktif. Berbagai studi
memang tidak menunjukkan hasil yang sama mengenai perkembangan kata anak. Clark
& Clark,1997 (Musfiroh,2008) bahkan menunjukkan jumlah yang tinggi, yakni
14.000 kata produktif pada usia 6 tahun.
MLU
(Mean Lenght of Utterance) atau rerata
panjang ujaran anak sebanding dengan usianya . Ini berarti anak usia 5
tahun dapat menyusun kalimat yang terdiri dari 5 kata dengan baik. Mereka juga
telah memakai beberapa implikatur (sesuatu yang terimplikasi dalam tuturannya
(Thomas,1998 ; Dardjowidjojo, 2000 ; Musfiroh,2008).
Dalam
perkembangan literasi, anak usia 5 tahun telah dapat mengidentifikasi
huruf-huruf dan, menurut brewer (1995), membuat sendiri huruf-huruf tersebut.
Mereka juga dapat menikmati kegiatan “membaca dan mengaja” (Bronson, 1999 ;
Musfiroh,2008). Mereka secara linguistic memahami bahwa setiap benda memiliki
nama, dan bahwa kata merupakan representasi simbolik dari objek atau referen
tertentu. Anak telah memahami bahwa kata memiliki makna.
Anak usia 5 tahun nenurut NAEYC
(dalam Bredekamp & Copple,1999 ; Musfiroh,2008) menunjukkan perkembangn
bahasa yang relative baik dan mampu:
·
Menggunakan
kosa kata yang terdiri dari 5.000 sampai 8.000 kata
·
Sering
memainkan kata-kata
·
Adakalanya
masih mengalami kendala mengucapkan fonem tertentu
·
Dapat
menggnakan kalimat lengkap dan lebih kompleks
·
Tidak
terlalu sering menyela dan mau mendengarkan pembicaraan orang lain jika
informasi tersebut baru dan menarik
·
Dapat
berbagi pengalaman secara verbal (dalam bentuk cerita)
·
Dapat
mengenali kata-kata dari lagu
·
Mengingat
baris-baris puisi sederhana dan mampu mengulang kalimat lengkap serta ekspresi
dari orang lain, termasuk dari siaran televise dan iklan
·
Relatif
terampil menggunakan gaya komunikasi konvensional, lengakap dengan perubahan pitch, dan lancar dalam mengungkapkan
ide
·
Mampu
menceritakan kembali cerita dengan praktik (peragaan). Dan suka memerankan
suatu permainan (bermain peran)
Pada usia 6 tahun,
perkembangan bahasa anak mengalami
ledakan yang di ikuti oleh masa transisi yang dramatis, yakni perpindahan dari
ekspresi diri yang hanya bersifat oral ke ekspresi diri yang tertulis. Pada
periode ini, tetapi juga lewat membaca, dan kosa kata ekspresif mereka meluas
dari komunikasi lisan ke komunikasi tertulis (Bredekamp & Copple,1999 ;
Musfiroh,2008).
Pola
belajar berbicara untuk semua anak umumnya sama. Meskipun demikian, laju perkembangannya berbeda. Dari
berbagai studi perkembangan pengendalian motorik dan bicara telah terungkap
bahwa pola perkembangan bicara hampir sejaln dengan pola perkembangan motorik,
juga sangat sejalan dengan pola perkembangan mental. Alasannya adalah, bahwa
bicara bergantung pada perkembangan mental dan motorik. Terlepas dari kenyataan
bahwa anak belajar berbicara dalam pola yang dapat diramalkan, terdapat
perbedaan individual dalam laju mengikuti pola tersebut, yaitu dalam ukuran
kualitas kosa kata dan dalam ketepatan pengucapan dan struktur tata bahasa
bicara mereka. Ada sejumlah kondisi yang mendorong keragaman tersebut, yang
paling pentingnya di antaranya adalah kesehatan, kecerdasan,keadaan sosial
ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga,
urutan kelahiran, metode pelatihan anak (Hurlock, 1978).
Teori-teori Perkembangan Bahasa
Terdapat
beberapa teori tentang perkembangan bahasa anak yaitu:
1.
Lundsteen
a)
Tahap
pra linguistic
-
0
– 3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok
-
3
– 12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit , misalnya ma, ba,
da
b)
Tahap
protolinguitik
-
12bulan
– tahun, anak sudah mengerti dan mennjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara
beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200 – 300)
c)
Tahap
linguistic
-
2
– 6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan
perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
2.
Bzoch
a)
Perkembangan
bahasa bayi sebagai komunikasi pre lnguistik 0 – 3 bulan
b)
Kata-kata
pertama : transisi ke bahasa anak 3 – 9 bulan
c)
Perkembangan
kosa kata yang cepat-pembentukan kalimat awal 9 - 18 bulan
3.
Perkembangan Bahasa
Anak dari Pemerolehan Bahasa menurut Komponen-komponennya
a.
Perkembangan
pragmatic
Perkembangan komunikasi anak
sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi
merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah.
b.
Perkembangan
semantic
Karena faktor lingkungan sangat
berperan dalam perkembangn semantic, maka pada umur 6 – 9 bulan anak telah
mengenal orang atau benda yang erada di sekitarnya.
c.
Perkembangan
sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat
pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1
tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat 2 kata. Peralihan dari
kalimat satu kata menjadi kata kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi
secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabungan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata
tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih
dari satu makna membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang
berbeda.perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak
menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
Berbeda
dengan pandangan behavioristik, kaum mentalis berpendapat bahwa anak yang
dilahirkan telah memiliki potensi-potensi bahasa perkembangan bahasa anak
dipengaruhi oleh tingkat kematangan intelektualnya. Sependapat dengan pandangan
diatas, Comsky menjelaskan bahwa anak yang lahir kedunia telah membawa LAD (language
acquisition device) bahasa anak berkembang seiring dengan bertambahnya
pengalaman sosialisasi anak dengan lingkungannya yang akan memperkaya
perbendaharaan katanya.
Menurut
teori kognitif perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
kognitifnya, jadi semakin matang perkembangan kognitif seorang anak, maka
semakin baik perkembangan bahasanya.
Berdasarkan
ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa pada anak usia
dini berlangsung secara alami yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dan
kematangan pemerolehan bahasa anak tergantung seberapa sering ia
mengulang-ulang bahasa yang telah ia peroleh.
Contoh pemerolehan bahasa :
Contoh
pemerolehan bahasa pada anak adalah saat anak menonton film kartun, lalu ia
mendengar kosa kata “bertualang” kemudian dia mengatakan pada ibunya ingin
berpetualang.
DAFTAR
PUSTAKA
Crain, William. 2007. Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hand Out Metodologi
Perkembangan Bahasa Inggris AUD
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Musfiroh, Tadzkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Gramedia.
Yulsyofriend. 2010. Metodologi Pengembangan Bahasa
Anak Usia Dini. Padang : UNP.
http://cintyarikha.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses pada
oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar