Sabtu, 20 Desember 2014

PEMEROLEHAN BAHASA AU


 
Perkembangan dan permerolehan bahasa seorang anak apapun bahasa yang di  pelejari akan mengalami proses yang sama. Tahap perkembangan bahasa anak akan mengalami tahap-tahap tertentu mulai dari anak di lahirkan. Desmita mengatakan bahwa sejak lahir anak telah memiliki kesiapan dan kemampuan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Ini merupakan naluri dan anugrah alamiah yang di berikan oleh sang pencipta pada anak yang baru di lahirkan. Manusia tidak melakukan banyak usaha untuk mampu berbicara namun dia akan belajar untuk berbicara dengan sendirinya secara terus menerus. Seorang anak yang memiliki ayah dan ibu yang beda bahasa, akan menguasai dua bahasa.
Menurut ahli perkembangan bahasa Lennerberg, pemerolehan bahasa tumbuh sejajar dengan pertumbuhan biologis anak. Oleh karena itu, pemerolehan bahasa tidak bisa di percepat ataupun di paksakan. Anak tidak dapat di paksakan untuk menguasai suatu bahasa dalam waktu yang singkat. Dengan kata lain perkembangan bahasa membutuhkan proses yang berkesinambungan.
Anak-anak menguasai aturan-aturan dan prosedur-prosedur linguistic yang kompleks dengan waktu yang sangat singkat. Mereka tampaknya menguasai sebagian besar seluk-beluk gramatika pada usia enam tahun atau lebih, dan sisanya pada masa remaja. Ini bukan berarti mereka menyadari keberadaan aturan-aturan gramatika, bahkan Chomsky sendiri masih harus berusaha membuatnya eksplisit. Namun, mereka berhasil menguasai pengetahuan ini pada tingkata intuitif. Mereka belajar dengan cepat aturan-aturan bahasa mereka sendiri – dan, jika di butuhkan, bahasa kedua juga. Sudah menjadi pemandangan umum, kata Chomsky, bahwa anak-anak kecil dari orang tua imigran bisa mempelajari bahasa kedua di jalanan, dari anak-anak lain, dengan kecepatan yang menakjubkan, sehingga anak baru akan berbicara dengan bahasa setempat semahir anak-anak lokal (Crain, 2007).
Anak mengalami proses laterasasi di mulai pada 0-5 tahun dan menurut Lennerberg proses lateralisasi adalah proses berfungsinya bagian-bagian otak manusia secara fungsional. Maksan mengatakan bahwa pemeroehan bahasa pertama berlangsung secara informal dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dan bahasa asing bagi seorang anak dapat di lalui dengan proses pembelajaran bahasa. Chomssky mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa pada anak di seluruh dunia memiliki tahap-tahap yang sama. Chomssky juga setuju bahwa tidak ada korelasi antara pemerolehan bahasa anak dengan tingkat kecerdasan anak.
Anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. (Owens dalam papalia et al., 1990) mengemukakan bahwa anak usia tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mungkin belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa kata tersebut, anak menggunakan fast mapping  yaitu suatu proses diman anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada masa kanak-kanak awal inilah anak mulai mengombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Anak usia 4- 5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam 1 kalimat yang dapat berbentuk kalimat pertanyaan, negative, Tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai dapat menggunakn kalimat yang beralasan  seperti “saya menangis karena sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang diman kosda kata yang digunakan lebih banyak dan rumit. (Yulsyofriend,2010).
Anak usia 5 tahun telah menguasai lebih dari 8000 kata produktif. Berbagai studi memang tidak menunjukkan hasil yang sama mengenai perkembangan kata anak. Clark & Clark,1997 (Musfiroh,2008) bahkan menunjukkan jumlah yang tinggi, yakni 14.000 kata produktif pada usia 6 tahun.
MLU (Mean Lenght of Utterance) atau rerata panjang ujaran anak sebanding dengan usianya . Ini berarti anak usia 5 tahun dapat menyusun kalimat yang terdiri dari 5 kata dengan baik. Mereka juga telah memakai beberapa implikatur (sesuatu yang terimplikasi dalam tuturannya (Thomas,1998 ; Dardjowidjojo, 2000 ; Musfiroh,2008).
Dalam perkembangan literasi, anak usia 5 tahun telah dapat mengidentifikasi huruf-huruf dan, menurut brewer (1995), membuat sendiri huruf-huruf tersebut. Mereka juga dapat menikmati kegiatan “membaca dan mengaja” (Bronson, 1999 ; Musfiroh,2008). Mereka secara linguistic memahami bahwa setiap benda memiliki nama, dan bahwa kata merupakan representasi simbolik dari objek atau referen tertentu. Anak telah memahami bahwa kata memiliki makna.
Anak usia 5 tahun nenurut NAEYC (dalam Bredekamp & Copple,1999 ; Musfiroh,2008) menunjukkan perkembangn bahasa yang relative baik dan mampu:
·           Menggunakan kosa kata yang terdiri dari 5.000 sampai 8.000 kata
·           Sering memainkan kata-kata
·           Adakalanya masih mengalami kendala mengucapkan fonem tertentu
·           Dapat menggnakan kalimat lengkap dan lebih kompleks
·           Tidak terlalu sering menyela dan mau mendengarkan pembicaraan orang lain jika informasi tersebut baru dan menarik
·           Dapat berbagi pengalaman secara verbal (dalam bentuk cerita)
·           Dapat mengenali kata-kata dari lagu
·           Mengingat baris-baris puisi sederhana dan mampu mengulang kalimat lengkap serta ekspresi dari orang lain, termasuk dari siaran televise dan iklan
·           Relatif terampil menggunakan gaya komunikasi konvensional, lengakap dengan perubahan pitch, dan lancar dalam mengungkapkan ide
·           Mampu menceritakan kembali cerita dengan praktik (peragaan). Dan suka memerankan suatu permainan (bermain peran)
Pada usia 6 tahun, perkembangan  bahasa anak mengalami ledakan yang di ikuti oleh masa transisi yang dramatis, yakni perpindahan dari ekspresi diri yang hanya bersifat oral ke ekspresi diri yang tertulis. Pada periode ini, tetapi juga lewat membaca, dan kosa kata ekspresif mereka meluas dari komunikasi lisan ke komunikasi tertulis (Bredekamp & Copple,1999 ; Musfiroh,2008).
Pola belajar berbicara untuk semua anak umumnya sama. Meskipun demikian, laju perkembangannya berbeda. Dari berbagai studi perkembangan pengendalian motorik dan bicara telah terungkap bahwa pola perkembangan bicara hampir sejaln dengan pola perkembangan motorik, juga sangat sejalan dengan pola perkembangan mental. Alasannya adalah, bahwa bicara bergantung pada perkembangan mental dan motorik. Terlepas dari kenyataan bahwa anak belajar berbicara dalam pola yang dapat diramalkan, terdapat perbedaan individual dalam laju mengikuti pola tersebut, yaitu dalam ukuran kualitas kosa kata dan dalam ketepatan pengucapan dan struktur tata bahasa bicara mereka. Ada sejumlah kondisi yang mendorong keragaman tersebut, yang paling pentingnya di antaranya adalah kesehatan, kecerdasan,keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak (Hurlock, 1978).
Teori-teori Perkembangan Bahasa
Terdapat beberapa teori tentang perkembangan bahasa anak yaitu:
1.   Lundsteen
a)            Tahap pra linguistic
-      0 – 3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok
-      3 – 12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit , misalnya ma, ba, da
b)            Tahap protolinguitik
-      12bulan – tahun, anak sudah mengerti dan mennjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200 – 300)
c)            Tahap linguistic
-      2 – 6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.

2.   Bzoch
a)            Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi pre lnguistik 0 – 3 bulan
b)            Kata-kata pertama : transisi ke bahasa anak 3 – 9 bulan
c)            Perkembangan kosa kata yang cepat-pembentukan kalimat awal 9 - 18 bulan
3.   Perkembangan Bahasa Anak dari Pemerolehan Bahasa menurut Komponen-komponennya
a.            Perkembangan pragmatic
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah.
b.            Perkembangan semantic
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangn semantic, maka pada umur 6 – 9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang erada di sekitarnya.
c.            Perkembangan sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat 2 kata. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kata kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabungan  dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu makna membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda.perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

Berbeda dengan pandangan behavioristik, kaum mentalis berpendapat bahwa anak yang dilahirkan telah memiliki potensi-potensi bahasa perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh tingkat kematangan intelektualnya. Sependapat dengan pandangan diatas, Comsky menjelaskan bahwa anak yang lahir kedunia telah membawa LAD (language acquisition device) bahasa anak berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman sosialisasi anak dengan lingkungannya yang akan memperkaya perbendaharaan katanya.
Menurut teori kognitif perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh tingkat perkembangan kognitifnya, jadi semakin matang perkembangan kognitif seorang anak, maka semakin baik perkembangan bahasanya.
Berdasarkan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa pada anak usia dini berlangsung secara alami yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dan kematangan pemerolehan bahasa anak tergantung seberapa sering ia mengulang-ulang bahasa yang telah ia peroleh.
Contoh pemerolehan bahasa :
Contoh pemerolehan bahasa pada anak adalah saat anak menonton film kartun, lalu ia mendengar kosa kata “bertualang” kemudian dia mengatakan pada ibunya ingin berpetualang.



DAFTAR PUSTAKA

Crain, William. 2007. Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hand Out Metodologi Perkembangan Bahasa Inggris AUD
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Musfiroh, Tadzkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Gramedia.
Yulsyofriend. 2010. Metodologi Pengembangan Bahasa  Anak Usia Dini. Padang : UNP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar