Senin, 15 Desember 2014

Keracunan Makanan, Energi di dalam Makanan, Akibat Kekurangan Mikronutrien pada Anak serta Pengaruh Gizi dan Stimulasi terhadap Tumbuh Kembang Anak

A.    PENYAKIT-PENYAKIT KERACUNAN MAKANAN
Menurut dr. Arlin Algerina, Sp.A , keracunan atau masuknya zat racun ke dalam tubuh anak lebih sering terjadi di rumah atau lingkungan sekitar rumah. Prosesnya bisa melalui saluran pencernaan, saluran napas, dan permukaan kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Keracunan pada anak, sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan keracunan pada kalangan dewasa. Hanya saja karena secara alamiah tingkat perkembangan fisik, kepribadian dan emosi maupun fungsi organ-organ tubuh anak belum sematang orang dewasa, akibat yang ditimbulkannya jadi berbeda. Selain itu, sistem dan fungsi pertahanan tubuhnya belum sempurna. Tak heran keracunan yang terjadi pada anak umumnya lebih fatal dibanding orang dewasa.
Menurut Arlin ada beberapa faktor yang membuat anak mudah keracunan, yakni:
·         Anak usia 0 - 1,5 tahun masih dalam fase oral. Ia jadi cenderung ingin memasukkan apa saja yang dipegangnya ke dalam mulut.
·         Anak belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya. Dia melakukan segala sesuatu berdasarkan nalurinya saja.
·         Di masa golden age anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Itu membuatnya tak bisa diam dan ingin meraih apa saja yang dilihatnya.
·         Sifat negativistik juga menonjol di usia ini. Ia cenderung tampil sebagai pembangkang, selalu menentang perintah, dan melanggar larangan. Walaupun berbahaya, peringatan orang tua diacuhkan.
Keracunan makanan adalah penyakit yang dihasilkan akibat dari penggunaan makanan yang tercemar, patogen bakteri, virus, atau parasit yang mencemari makanan, dan juga kimia atau racun alami seperti sebagai jamur.
Faktor penyebabnya antara lain:
·         Makanan tersebut mengandung zat-zat kimia berbahaya yang bila ditelan dapat membuat anak keracunan, seperti jengkol, jamur, dan singkong yang mengandung zat cyanogenic unamarine yang dapat membahayakan tubuh.
·         Proses pengolahan dan penyimpanannya salah. Bisa juga karena sudah kedaluwarsa sehingga makanan itu kini berubah menjadi racun.
·         Makanan yang dikonsumsi tercemar oleh zat beracun, baik yang disengaja semisal pengawet, zat pewarna dan penyedap, maupun yang tidak disengaja karena makanan tersebut ternyata mangandung kuman salmonella, staphylococcus dan kuman lainnya.
Berikut ini adalah gejala klinis keracunan makanan:
Mual, perut terasa panas, pusing, lemah/lemas, sesak, serta pernapasan berlangsung cepat dengan bau khas. Gejala lainnya adalah kejang, berkeringat, mata menonjol dan midriasis (bola mata membesar). Mulut umumnya berbusa bercampur darah. Sedangkan pada mereka yang berkulit putih, warna kulitnya menjadi merah bata sementara warna kulit umumnya menjadi kebiru-biruan karena kekurangan oksigen.
Pertolongan pertama bagi korban keracunan makanan, yaitu:
Buka ruangan yang tertutup agar oksigen dapat dengan mudah dihirup anak. Jangan mengerumuninya. Buka pakaian atau benda-benda yang dikenakan agar pori-porinya mendapat oksigen.
Usahakan zat beracun yang tertelan anak dapat segera dikeluarkan dengan cara merangsangnya supaya muntah. Berikan zat antiracun. Untuk menghambat proses kerja racun, berikan ia susu dan air kelapa muda. Namun, usaha ini hanya untuk menghambat dan bukan untuk mengobati. Jadi, anak harus tetap dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Gejala klinis keracunan makanan kedaluwarsa, yaitu:
Umumnya, makanan kaleng yang rusak atau tercemar mengandung kuman Clostridium botulinum yang berbahaya buat tubuh. Gejala klinisnya adalah mata kabur, refleks cahaya menurun atau malah negatif, dan kelumpuhan otot-otot mata. Gejala lainnya adalah kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik, disartria (kesulitan menelan), dysarthria (gangguan bicara), maupun kelumpuhan atau general paralyse.
Pertolongan pertama bagi korban keracunan makanan kedaluwarsa:
Kurang lebih sama dengan penanganan keracunan singkong. Namun karena kuman sangat cepat menyerang organ-organ tubuh, penanganannya relatif sulit dilakukan awam. Bawalah segera ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

B.     ENERGI-ENERGI DI DALAM MAKANAN
1.      Energi yang terdapat didalam makanan
Pada saat respirasi  berlangsung di dalam se tubuh, terjadi pembakaran atau oksidasi biologi. Oksidasi biologi adalah reaksi antara makanan dengan oksigen. Oksidasi menghasilkan energi. Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin,dan mineral.

1.      Karbohidrat sebagai Sumber Energi
Merupakan sumber energi utama dan sumber panas yang diperlukan oleh sistem tubuh dalam jumlah yang banyak. 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
2.      Lemak sebagai Sumber Energi
Terdiri dari unsur C (carbon), dan O (oksigen) yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu seperti petroleum benzene, ether.  1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak didalam jaringan tubuh manusia dianggap tidak aktif dan tidak ikut didalam proses meatbolisme dalam tubuh sehari-hari. Jaringan lemak berfungsi sebagai simpanan atau cadangan energi dan diproses dalam metabolisme tubuh bila tubuh kekurangan energi.
3.      Protein sebagai Sumber Energi
Protein merupakan sumber energi yang ketiga. 1 gram protein menghasilkan 4 kalori. Protein penting bagi tubuh , karena protein dapat digunakan sebagai antibodi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dari bakteri dan kuman-kuman. Protein berfungsi sebagai pembangun sel jaringan tubuh, mengganti sel-sel tubuh yang mati dan rusak, membuat enzim, darah dan menjaga keseimbangan asam dan basa. Protein juga sebagai pemberi kalori.
C.    KEKURANGAN MIKRONUTRIEN
Akibat kekurangan mikronutrien pada anak:
  Kekurangan Vitamin A
·         Gangguan penglihatan buta ayam
·         Hambatan pertumbuhan
·         Turunnya kualitas kulit dan rambut
·         Gangguan pernafasan
·         Menurunnya daya tahan tubuh
·         Diare dan komplikasi campak
Kekurangan Vitamin B1
·         Beri-beri basah dan kering
·         Kekurangan energi otot jantung
·         Kurang nafsu makan
·         Gangguan absorbsi
·         Sakit pada bagian abdomen
·         Keletihan, lemah badan, hilang selera makan 
·         Kegelisahan, gangguan tidur.
·         Hilangnya kontrol saraf
Kekurangan vitamin B6
·         Kejang dan anemia
·         Kulit bersisik
·         Gatal-gatal
·         Terganggunya pertumbuhan gigi
·         Sawan
Kekurangan vitamin B9
·         Mengalami gangguan kontrol buang air besar dan buang air kecil
·         Tidak bisa berjalan tegak
·         Emosi yang tinggi
Kekurangan vitamin B12
·         Anemia
·         Menurunkan daya ingat
·         Menimbulkan gangguan pendengaran
·         Hilang nafsu makan
·         Refleks menurun
·         Menyebabkan kebodohan
Kekurangan vitamin C
·         Bibir pecah-pecah
·         Anemia
·         Gusi berdarah
·         Mudah lelah
Kekurangan vitamin D
·         Bisa memiliki kelainan tulang. Kaki O atau kaki X
·         Terlambat berjalan
·         Terhambatnya pertumbuhan
·         Lemah sendi
Kekurangan vitamin E
·         Rambut rontok
·         Anemia
·         Menekan produksi antibodi
·         Reflek menurun
·         Penurunan daya serap usus
·         Sulit berjalan
·         Kelemahan otot
Kekurangan vitamin K
·         Perdarahan
Kekurangan Fe
·         Anemia
·         Gangguan perkembangan motorik
·         Gangguan tingkah laku
·         Gangguan fungsi berfikir kognitif
·         Menurunkan daya konsentrasi dan kekebalan tubuh
Kekurangan iodium
·         Terjadi kretinisme
·         Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
·         Pembesaran kelenjar tiroid.
Kekurangan Cu
·         Penurunan jumlah sel darah merah (anemia)
·         Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
·         Penurunan jumlah sel darah putih yang disebut neutrofil (neutropenia)
·         Penurunan jumlah kalsium dalam tulang (osteoporosis).
Kekurangan mineral Cr
·         Kekurangan krom karena makanan jarang terjadi baik pada ibu hamil, bayi, anak, remaja, dan dewasa. Oleh karena itu AKG untuk krom belum ditentukan. Tetapi defisiensi krom pada remaja, dewasa dan ibu hamil diduga dapat menyebabkan sindroma mirip diabetes.
Kekurangan Se
·         kerusakan jantung dan otot
·         memperlambat mental
Kekurangan flour
·         Gigi berlubang dan kerusakan gigi
·         Keropos tulang

D.    PENGARUH GIZI DAN STIMULASI TERHADAP TUMBUH KEMBANG OTAK DAN KECERDASAN ANAK
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, tentu saja harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita selayaknya mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Di dunia banyak sekali aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, namun ada beberapa yang paling penting. Di antaranya adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
·         Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
-          DHA (asam dokosaheksaenoat) atau yang kita kenal sebagai omega-3
Asam lemak omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
-          AA (asam arakidonat) atau omega-6
Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
·         Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, serta susu dan produk olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
·         Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana ia mengangkut dan membagikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ia juga berperan dalam pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
·         Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan sel darah merah, serta membantu tubuh dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.
·         Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.


sumber bacaan:
Eliza, Delfi. 2000. Penuntun Kesehatan Dan Gizi Anak TK. Padang: UNP.
Siswanto, Hadi. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_makanan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar