Minggu, 16 Oktober 2016

Mari Mengenal Ummu Aiman



Ummu Aiman
Ibu asuh Rasulullah SAW.

·        Nama asli Barakah.
·        Budak yang diwarisi Rasulullah dari ayah beliau.
·        Keturunan Habasyah.
·        Dimerdekakan ketika Rasulullah menikah dengan Khadijah.
·        Kenal nabi SAW sejak kecil hingga diangkat menjadi Rasulullah.
·        Suaminya Zaid bin Haritsah (anak angkat kesayangan nabi SAW).
·        Juga merupakan ibu dari Usamah bin Zaid ra.


Penuh cinta dan kasih sayang
Ummu Aiman memperlakukan muhammad seperti anak sendiri bahkan lebih. Dan Rasulullah pun senang dengan sesuatu yang membuat Ummu Aiman senang, bahkan pernah bersabda “ Ummu Aiman adalah ibu keduaku”.
Ummu Aiman pernamarah dan memaki Rasulullah ketika Rasulullah menolak suguhan minuman darinya. Mungkin Ummu Aiman marah karena sedih dan kecewa karena Rasulullah yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri menolak minumannya.
Setelah Perang Khaibar, kaum muhajirin mengembalikan pemberian orang-orang anshar yang selama ini mereka panen hasilnya. Begitu  juga dengan Anas, ia disuruh keluarganya untuk meminta kembali apa yang telah diberikan kepada Rasulullah, yaitu berupa pohon kurma. Namun, Rasulullah telah memberikan itu kepada Ummu Aiman. Rasul mau mengembalikan itu semua. Tapi, Ummu Aiman tidak. Hingga rasul pun memberi gantinya ± 10x lipat.

  Semangat juang tinggi
Meskipun sdah tua , tetap kut berjihad. Bercita-cita bisa melihat bendera islam berkibar dengan gagah mengalahkan bendera kafir.

 Berani dan sangat menghawatirkan Rasulullah
Saat Perang Uhud, pasukan panah tidak mengindahkan instrksi Rasulullah sehingga pasukan musuh berhasil membunuh sejumlah pasukan muslim. Sebagian pasukan muslim mundur ketakutan. Ummu aimna pun menghadang dan melemparkan pasir ke muka mereka, “ini bedak yang pantas kalian terima. Ambil pedang kalian”. Kemudian, bersama rekan-rekan wanitanya, Ummu Aiman mencari berita tentang Rasulullah. Setelah tahu Rasulullah selamat, ia merasa tenang.


Tidak mau ketinggalan
Saat perang khaibar, Ummu Aiman ikut perang. Ia ingin anakanya (Aiman) juga ikut berperang, namun tidak. Ia mengira anaknya penakut. Tapi anaknya tidak ikut karena kudanya sakit.

Tegar
Saat suaminya (Zaid bin Haritsah) gugur dalam Perang Mut’ah dan anaknya syahid dalam Perang Hunain, Ummu Aiman tetap tegar dan mendoakan agar almarhum diterima disisi Allah.
 
 Ingin ikut andil dalam memperjuangkan agama islam
Ummu Aiman ikut dalam pasukan islam dalam Perang Hunain. Ia bersedia berjuang walaupun dalam bentuk menyiapka minum para mujahid.
 

 Empati terhadap Rasululah
Ketika Rasulullah bahagia dengan pernikahan Fatimah dan Ali, Ummu Aiman turut bahagia dan mempersiapkan kebutuhan Fatimah. Saat Zainab (putri Rasulullah) meninggal, Ummu Aiman turut memandikan dan mengafani dengan penuh kesedihan. Ketika Aisyah ra. Ditimpa fitnah, Ummu Aiman membela.

Percaya bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik
Ummu Aiman menangis dan meratap saat kepergian Rasulullah. Ia percaya bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik. Namun, ia sedih karena dengan wafatnya Rasulullah berarti tidak ada wahyu yang turun lagi.
 
Mudah menangis
Ummu Aiman juga menangis saat Umar ra. Wafat. Ketika Umar terbunuh ia berkata, “hari ini islam mulai lemah”.
 
Rajin berpuasa
Abu Nu’aim berkata, “Ummu Aiman adalah wanita yang ikut dalam peristiwa hijrah, mampu menempuh jarak yang jauh dengna berjalan kaki, rajin berpuasa, tahan terhadap lapar dan mudah menangis (karena takut kepada Allah). Dia akan mendapatkan minuman dari surga yang dapat mengobati semua kepedihan yang pernah ia rasakan.

Hijrah yang penuh berkah
Hijrah ke madinah. Di Mansharif, Ummu Aiman puasa, saat itu sangat lelah dan haus. Tiba-tiba ada ember berisi air terikat tali putih menjulur dari langit. Lalu Ummu Aiman meminumnya. Setelah kejadian itu ia berkata, “setelah kejadian itu, saya tidak pernah merasakan haus meskipun ketika berpuasa”.

·        Ummu Aiman tetap dihormati sahabat meskipun Rasul telah wafat. Para sahabat mengunjungi Ummu Aiman seperti Rasulullah yang dulu juga sering mengunjunginya.
·        Ummu Aiman berumur panjang, mengikuti masa pemerintahan Abu Bakar ra sampai dengan Umar ra.
·        Wafat pada masa pemerintahan Utsman ra.

Kejernihan hati,  semangat perjuangan dan pengorbanan untuk kebenaran,
semua ada padanya...

Sumber:  Al-Mishri, Mahmud. 2006. 35 Sirah Shahabiyah. Jakarta: Al-I'tishom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar